Kamis, 08 Oktober 2015

TEORI PERKEMBANGAN MORAL DAN PENALARAN MORAL “LAWRENCE KOHLBERG”


1.  Biografi Kohlberg
Nama lengkap Kohlberg adalah Lawrence Kohlberg, ia dilahirkan di Bronxville, New York, Amerika Serikat, 25 Oktober 1927 dan meninggal pada 19 Januari 1987 dalam usia 59 tahun. Ia menjabat sebagai profesor di Universitas Chicago serta Universitas Harvard. Ia terkenal karena karyanya dalam pendidikan, penalaran, dan perkembangan moral. Kohlberg merupakan pengikut teori perkembangan kognitif Jean Piaget, karya Kohlberg.
Kohlberg dilahirkan dalam sebuah keluarga kaya.Ia menjalani pendidikan di Akademi Phillips, sebuah SMA swasta yang terkenal di New York. Pada Perang Dunia II, setelah menyelesaikan pendidikan SMA-nya, ia mendaftar sebagai ahli mesin di sebuah kapal perang. Di kapal itu, ia dan teman-temannya sekapal memutuskan untuk membantu orang-orang Yahudi yang berusaha melarikan diri dari Eropa ke Palestina.
Setelah dinasnya dalam perang, ia mendaftar ke Universitas Chicago pada 1948. Hasil ujian masuknya sangat tinggi, dan ia memperoleh gelar sarjana dalam psikologi dalam waktu hanya satu tahun. Kohlberg terus bertahan di Universitas Chicago untuk melanjutkan ke program pasca-sarjana, dan tertarik pada penalaran moral anak-anak dan karya-karya awal Jean Piaget dan yang lain-lainnya.Ia menulis disertasi doktoralnya di sana pada tahun 1958. yang memberikan kerangka dari apa yang kini dikenal sebagai tahap perkembangan moral Kohlberg.
Kohlberg kemudian mengajar pada 1962 di Universitas Chicago di Komite tentang Perkembangan Manusia, dan memperpanjang masa tinggalnya dengan dunia pendidikan. Pada 1968, dalam usia 40 tahun dan menikah serta dikarunia dua orang anak, ia menjadi profesor pendidikan dan psikologi sosial di Universitas Harvard. Sementara di Harvard, ia berjumpa dengan Carol Gilligan, yang belakangan menjadi koleganya dan kritik terhadap teori perkembangan moralnya.
Dalam sebuah kunjungan ke Israel pada 1969, Kohlberg berkunjung ke sebuah kibbutz dan mengamati betapa perkembangan moral orang-orang muda saat itu jauh lebih berkembang dibandingkan dengan mereka yang tidak menjadi bagian dari kibbutz.Ia memutuskan untuk memikirkan ulang penelitiannya saat itu dan memulai sebuah sekolah baru yang dinamai Sekolah Cluster di dalam SMA Cambridge Rindge and Latin. Sekolah Cluster dikelola sebagai sebuah ‘komunitas yang adil’ di mana siswa-siswanya mempunyai hubungan dasar dan yang layak dipercaya dengan sesamanya, dengan menggunakan demokrasi dalam pengambilan semua keputusan di sekolah itu. Dilengkapi dengan model ini, ia memulai ‘komunitas yang adil’ yang sama di sekolah-sekolah yang lain, bahkan juga satu di penjara.
Kohlberg tertular sebuah penyakit tropis pada 1971 ketika ia melakukan pekerjaan lintas budaya di Belize. Akibatnya, ia bergumul dengan depresi dan penderitaan fisik selama 16 tahun kemudian. Pada 19 Januari 1987, ia meminta cuti satu hari dari Rumah Sakit Massachusetts tempat ia dirawat, lalu pergi dengan mobilnya ke pantai, dan kemudian bunuh diri dengan menenggelamkan dirinya di Samudera Atlantik. Umurnya 59 tahun ketika ia meninggal dunia.

2. Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg

Kohlberg mengemukakan teori perkembangan moral berdasar teori Piaget, yaitu dengan pendekatan organismik (melalui tahap-tahap perkem-bangan yang memiliki urutan pasti dan berlaku secara universal). Selain itu Kohlberg juga menyelidiki struktur proses berpikir yang mendasari perilaku moral (moral behavior).
Menurut Kohlberg, pandangan Piaget mengenai perkembangan moral anak-anak kecil yang ditandai oleh moralitas heteronom adalah dengan menilai kebenaran atau kebaikan perilaku hanya dengan melihat akibat-akibat yang ditimbulkan dari perilaku-perilaku itu, dan bukan maksud dari perilaku. pandangan piaget berikutnya tentang hubungan antara orang tua dan anak, dimana posisi anak tidak memiliki kekuasaan apa-apa dan orang tua memegang kekuasaan penuh sehingga, pola relasi tersebut tidaklah mengembangkan pemikiran moral, dikarenakan peraturan selalu di teruskan dan diterapkan secara otoriter.
Selama 18 tahun Lawrence Kohlberg mengadakan penelitian mengenai perkembangan moral yang berlandaskan pada teori perkembangan kognitif Piaget. Kohlberg mengajukan postulat atau anggapan dasar bahwa anak membangun cara berpikir mereka melalui pengalaman termasuk pengertian konsep moral seperti keadilan, hak, persamaan, dan kesejahteraan manusia. Penelitian yang dilakukannya memusatkan perhatian pada kelompok usia di atas usia yang diteliti oleh Piaget. Dari penelitiannya itu Kohlberg merumuskan adanya tiga tingkat (level) yang terdiri atas enam tahap (stage) perkembangan moral.

3. Asumsi Dasar Perkembangan Moral dan Penalaran Moral
Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di University of Chicago berdasarkan teori yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral.  Ia menulis disertasi doktornya pada tahun 1958 yang menjadi awal dari apa yang sekarang disebut tahapan-tahapan perkembangan moral dari Kohlberg.
Sebagai mekanisme yang harus dilalui guna meningkatkan penalaran moral diperlukan pengalaman-pengalaman khusus di dalam diri individu dengan adanya kesempatan mengalami “Alih Peran” (Role Taking).Menurut Selman, alih peran berkenaan dengan perubahan kualitatif didalam struktur pemahaman tentang hubungan perspektif diri sendiri dengan perspektif orang lain. Kohlberg mengemukakan arti tahap-tahap alih peran sebagai berikut: tahap alih peran tidak hanya berarti sekedar empati atau mengetahui perasaan-perasaan orang lain yang berbeda dari pandangannya, tetapi merupakan kemampuan kognitif untuk dapat melihat sudut pandang orang lain dalam lingkungan sosial (Arbuthnot dan Faust, 1981). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa alih peran sosial adalah kemampuan mengambil alih peran orang lain kedalam diri sendiri sesuai dengan bagaimana orang lain berada di dalam perannya tersebut di lingkungan sosial.
Kohlberg menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan terutama pada penalaran moral dan perkembangan secara bertahap (Kohlberg, 1958, 1976, 1986).Kohlberg percaya terdapat tiga tingkat perkembangan moral, yang masing-masingnya ditandai oleh dua tahap.Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral, khususnya teori Kohlberg, ialah internalisasi, yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikenadalikan secara internal.
Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif.Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan,walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya.

4. Tahapan Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg

Tingkat Satu: Penalaran Prakonvensional
Praconventional reasoning adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg.Pada tingkatan ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral – penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal.
Tahap 1           : Orientasi hukuman dan ketaatan (punishment and obedience orientation).  Pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas hukuman.Anak-anak taat pada orang dewasa karena orang dewasa menuntut mereka untuk taat.
Tahap 2           : Individualisme dan tujuan (individualism and purpose). Pada tahap ini penalaran moral didasarkan atas imbalan (hadiah) dan kepentingan sendiri.Anak-anak taat bila mereka ingin taat, dan bila yang paling baik untuk kepentingan terbaik adalah taat.Apa yang benar adalah apa yang dirasa baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.
Tingkat Dua: Penalaran Konvensional
Conventional reasoning ialah tingkat menengah dalam teori perkembangan moral Kohlberg.Pada tingkatan ini, internalisasi individual ialah menengah.Seseorang menaati standar-standar (internal) tertentu, tetapi mereka tidak menaati standar-standar orang lain (eksternal), seperti orang tua atau aturan-aturan masyarakat.
Tahap 3           : Norma-norma Interpersonal (interpersonal norms). Pada tahap ini seseorang menghargai kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan kepada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Anak-anak mengadopsi standara moral orang tuanya dengan harapan dihargai oleh orang tuanya.
Tahap 4           : Moralitas sistem sosial (social system morality). Pada tahap ini pertimbangan-pertimbangan didasarkan atas pemahaman aturan social, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.
Tingkat Tiga: Penalaran Pascakonvensional
Postconventional reasoning ialah tingkat tertinggi dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkatan ini moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seseorang mengenal tindakan-tindakan alternative, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan kode moral pribadi.
Tahap 5           : Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual (comunity rights versus individual rights). Pada tahap ini seseorang memahami bahwa nilai-nilai dan aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain. Seseorang menyadari hukum penting bagi masyarakat, tetapi nilai-nilai seperti kebebasan lebih penting dari pada hukum.
Tahap 6           : Prinsip-prinsip etis universal (universal ethical principles). Pada tahap ini seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang universal. Bila menghadapi konflik secara hukum dansuara hati, seseorang akan mengikuti suara hati, walaupun keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi.

 
-->
3. EVALUASI TEORI PERKEMBANGAN MORAL DAN PENALARAN MORAL KOHLBERG

Kohlberg menyusun Wawancara Keputusan Moral dalam disertasi aslinya di tahun 1958.Selama kurang lebih 45 menit dalam wawancara semi-terstruktur yang direkam, pewawancara menggunakan dilema-dilema moral untuk menentukan penalaran moral tahapan mana yang digunakan partisipan. Dilemanya berupa ceritera fiksi pendek yang menggambarkan situasi yang mengharuskan seseorang membuat keputusan moral. Partisipan tersebut diberi serangkaian pertanyaan terbuka yang sistematis, seperti apa yang mereka pikir tentang tindakan yang seharusnya dilakukan, juga justifikasi seperti mengapa tindakan tertentu dianggap benar atau salah. Pemberian skor dilakukan terhadap bentuk dan struktur dari jawaban-jawaban tersebut dan bukan pada isinya; melalui serangkaian dilema moral diperoleh skor secara keseluruhan.

Dilema Heinz

Salah satu dilema yang digunakan Kohlberg dalam penelitian awalnya adalah dilema apoteker: Heinz Mencuri Obat di Eropa.
Seorang perempuan sudah hampir meninggal dunia akibat semacam kanker. Ada suatu obat yang menurut dokter dapat menyelamatkannya. Obat itu adalah semacam radium yang baru saja ditemukan oleh seorang apoteker di kota yang sama. Obat itu mahal ongkos pembuatannya, tetapi si apoteker menjualnya sepuluh kali lipat ongkos pembuatannya tersebut. Ia membayar $200 untuk radium tersebut dan menjualnya $2.000 untuk satu dosis kecil obat tersebut. Suami dari perempuan yang sakit, Heinz, pergi ke setiap orang yang dia kenal untuk meminjam uang, tapi ia cuma memperoleh $1.000, setengah dari harga obat seharusnya. Ia berceritera kepada apoteker bahwa isterinya sudah sekarat dan memintanya untuk dapat menjual obat dengan lebih murah atau memperbolehkan dia melunasinya di kemudian hari. Tetapi si apoteker mengatakan: “Tidak, saya yang menemukan obat itu dan saya akan mencari uang dari obat itu.” Heinz menjadi putus asa dan membongkar apotek tersebut untuk mencuri obat demi istrinya.
Haruskah Heinz membongkar apotek itu untuk mencuri obat bagi isterinya? Mengapa?[5]
Dari sudut pandang teoretis, apa yang menurut partisipan perlu dilakukan oleh Heinz tidaklah penting. Teori Kohlberg berpendapat bahwa justifikasi yang diberikan oleh partisipanlah yang signifikan, bentuk dari respon mereka.
Kritik Terhadap Teori Perkembangan Moral Kohlberg
Kritik ini termasuk kekurangan dari teori perkembangan moral (Kohlberg).Kritik ini mencakup hubungan antara penalaran moral dan perilaku moral, kualitas penelitian, pertimbangan yang memadai tentang peran kebudayaan dalam perkembangan moral, dan pengabaian perspektif pengasuhan.

1.      Pemikiran Moral dan Perilaku Moral
Teori Kohlberg dikritik karena memberi terlalu banyak penekanan pada penalaran moral dan kurang memberi penekanan pada perilaku moral.Penalaran moral kadang-kadang dapat menjadi tempat perlindungan bagi perilaku inmoral.

2.      Kebudayaan dan Perkembangan Moral
Kritik lain terhadap pandangan Kohlberg ialah bahwa pandangan ini secara kebudayaan bias (Banks, 1993; Bronstein & Paludi, 1998; Miller & Bersoff,  dalam proses cetak). Suatu tinjauan penelitian terhadap perkembangan moral di 27 negara menyimpulkan bahwa penalaran moral lebih bersifat spesifik kebudayaan daripada yang dibayangkan oleh Kohlberg dan sistem skor Kohlberg tidak mempertimbangkan penalaran moral tingkat tinggi pada kelompok-kelompok kebudayaan tertentu (Snarey, 1987). Contoh-contoh penalaran moral tingkat tinggi yang tidak akan memperoleh skor tertinggi dalam sistem Kohlberg ialah nilai-nilai yang berkaitan dengan keadilan komunal (communal equity) dan kebahagiaan kolektif di Israel, persatuan dan kesucian segala bentuk kehidupan di India, dan hubungan individu dengan masyarakat di New Guinea. Contoh-contoh perkembangan moral ini tidakakan mendapat skor pada tingkat tertinggi pada sistem Kohlberg karena contoh-contoh ini tidak menekankan hak-hak individu dan prinsip-prinsip keadilan yang abstrak.

3.      Gender dan Perspektif Kepribadian
Carol Gilligan (1982, 1990-1992) percaya bahwa teori perkembangan moral Kohlberg tidak mencerminkan secara memadai, relasi dan kepedulian terhadap manusia lainnya. Prespektif keadilan adalah suatu perspektif moral yang berfokus pada hak-hak individu: individu berdiri sendiri dan bebas mengambil keputusan moral. Teori Kohlberg ialah suatu perspektif keadilan. Sebaliknya perspektif kepedulian ialah suatu perspektif moral yang memandang manusia dari sudut keterkaitannya dengan manusia lain dan menekankan komunikasi, interpersonal, relasi dengan manusia lain, dan kepedulian dengan orang lain. Teori Gilligan ialah suatu perspektif kepedulian. Menurut Gilligan, Kohlberg kurang memerhatikan perspektif kepedulian dalam perkembangan moral. Ia percaya bahwa hal ini mungkin terjadi karena Kohlberg seorang laki-laki, karena kebanyakan penelitiannya ialah dengan laki-laki daripada perempuan dan karena ia menggunakan respons laki-laki sebagai suatu model bagi teorinya. Salah satu kliam Gilligan menjelaskan bahwa ukuran-ukuran perkembangan moral penganut Kohlberg tradisional adalah bias terhadapkaum perempuan – dipersoalkan secara ekstensif. Misalnya, kebanyakan studi penellitian yang menggunakan cerita-cerita dan sistem skor Kohlberg tidak menemukan perbedaan-perbedaan jenis kelamin (Walker, 1984, 1991a, 1991b).

4.      Pengaruh keluarga
Piaget maupun Kohlberg tidak menganggap orang tua penting bagi perkembangan moral anak-anak.Akan tetapi, penelitian terkini menekankan kontribusi orang tua dalam area kognitif maupun emosional. Dalam suatu penelitian, orang tua dari 63 siswa kelas 1, 4, 7, dan 10 diminta untuk berbicara dengan anak mereka tentang dua dilema: satu hipotesis dan satu nyata yang digambarkan anak (L.J. Walker & Taylor, 1991). Remaja yang selama dua tahun berikutnya menunjukan kemajuan paling besar melalui tahapan Kohlberg adalah mereka yang orang tuanya menggunakan humor dan pujian, mendengarkan, dan bertanya mengenai pendapat mereka.Sebaliknya, mereka yang kemajuannya sedikit adalah mereka yang orang tuanya senang berceramah serta menantang atau menentang pendapat mereka.

Kelebihan Teori Perkembangan Moral
Kelebihan dari teori perkembangan moral itu sendiri yang memudahkan orang dalam memahami perkembangan moral.Adanya ketahapan juga memudahkan orang untuk membuat jangkauan tentang perkembangan moral seseorang.Secara praktis, dengan adanya tahap-tahap perkembangan memudahkan orang dalam memberikan stimulasi yang tepat untuk meningkatkan penalaran moral seorang anak.
Selain itu, ada beberapa kelebihan lagi dari Teori Kahlberg daripada pendekatan lain, yaitu :
1.      Mempunyai arah yang jelas yakni, meningkatkan tahap perkembangan moral peserta didik.
2.      Memperhatikan komponen kematangan moral yang penting yaitu pertimbangan keputusan moral yang benar.
3.      Mempunyai pandangan realistis terhadap peserta didik yang dilihat sebagai manusia yang sedang berkembang.
4.      Mempunyai teori tentang tahap-tahap perkembangan moral yang dapat dijadikan pedoman untuk menentukan cara-cara memperlakukan peserta didik sesuai dengan taraf perkembangannya.
5.      Memberikan wawasan baru tentang pentingnya memperhatikan faktor-faktor yang menghambat peningkatan tahap perkembangan moral.
6.      Memberikan solusi tentang prioritas nilai-nilai moral, yaitu nilai-nilai yang berdasarkan prinsip etis universal.
Kelebihan-kelebihan dari sudut pandang Kohlberg ini kiranya memberikan sumbangan yang besar dalam mengoptimalkan pelaksanaan pendidikan nilai moral di sekolah.

-->
DAFTAR PUSTAKA

Zahrotun, M.Si., dkk. 2006,  Psikologi Perkembangan: Tinjauan Psikologi Barat dan Psikologi Islam, Jakarta.
Santrock W. John, Life Span Development, University of  Texas At Dallas : 2002

http://alifiaz.blogspot.com/2013/04/perkembangan-moral-menurut-lawrence.html


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam Mata Kuliah Psikologi Perkembangan Dosen Pembimbing: Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si dan Layyinah, M.Si, P.Si
Credited by : Liya, Alia, Ichan, Bagja

1 komentar:

ellee fatal mengatakan...

terima kasih.. sya gunakan sebagai rujukan