Teori-teori
belajar bermunculan seiring dengan perkembangan teori
psikologi. Salah satu diantara teori belajar yang terkenal adalah teori
belajar behaviorisme dengan tokohnya Ivan Petrovich Pavlov, William
McDogall, B.F. Skinner, Thorndike, John Broadus Watson. Dikatakan bahwa,
teori-teori belajar hasil eksperimen mereka secara prinsipal bersifat
behavioristik dalam arti lebih menekankan timbulnya perilaku jasmaniah
yang nyata dan dapat diukur.
Namun
seiring dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan,
teori tersebut mempunyai beberapa kelemahan, yang menuntut adanya
pemikiran
teori belajar yang baru. Dikatakan bahwa, teori-teori behaviorisme itu
bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon,
sehingga
terkesan seperti kinerja mesin atau robot, padahal setiap manusia
memiliki
kemampuan mengarahkan diri (Self-direction)
dan pengendalian diri (Self control)
yang bersifat kognitif, dan karenanya ia bisa
menolak respon jika ia tidak menghendaki, misalnya karena lelah atau
berlawanan dengan kata hati, dan proses belajar manusia yang
dianalogikan
dengan perilaku hewan itu sangat sulit diterima, mengingat mencoloknya
perbedaan karakter fisik dan psikis antara manusia dan hewan. Hal ini
dapat diidentifikasi sebagai kelemahan Teori Behaviorisme.
Dari
kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam Teori Behaviorisme dapat
diambil suatu pertanyaan, “Upaya apa yang akan dilakukan oleh para
Ahli Psikologi Pendidikan dalam mengatasi kelemahan teori tersebut ?’’
Realitas ini sangat penting untuk dibahas dalam makalah ini. Untuk itu
pembahasan makalah ini diangkat untuk mengungkap masalah-masalah
tersebut.
Berdasarkan
tulisan-tulisan dalam berbagai literatur, ditemukan bahwa
para ahli telah menemukan teori baru tentang belajar yaitu Teori Belajar
Kognitif yang lebih mampu meyakinkan dan menyumbangkan pemikiran besar
demi perkembangan dan kemajuan proses belajar sebagai lanjutan dari
Teori Behaviorisme tersebut.
Selanjutnya
berangkat dari latar belakang masalah tersebut di atas,
tulisan ini akan membahas mengenai tema “Teori Belajar Kognitif “
Dalam
hal pendidikan, tentu tidak akan terlepas dari kata belajar,
dimana belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan
masyarakat. Bagi pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah
merupakan bagian yang tidak terpisah dari semua kegiatan mereka dalam
menunut ilmu dilembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mengajar
mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari,
sore hari atau pagi hari. Dari dulu hingga sekarang para ahli psikologi
dan pendidikan tidak bosan-bosannya membicarakan masalah belajar.
Penelitian
demi penilitian sudah pula dilakukan. Berbagai teori belajar sudah
tercipta
sebagai hasil dari penelitian.
Terdapat
beberapa ahli yang belum merasa puas terhadap penemuan-penemuan
sebelumnya mengenai belajar sebagai proses hubungan stimulus-reponse- reinforcement.
Dari sinilah muncul Psikologi Kognitif, dengan lahirnya teori belajar
Gestalt. Teori Psikologi Gestalt menekankan bahasan pada masalah
konfigurasi,
struktur dan pemetaan dalam pengalaman. Suatu konsep yang penting dalam
Psikologi Gestalt adalah tentang Pikiran-Insight-‘Aha’.
Menurut
pandangan Gestaltis, semua kegiatan belajar menggunakan Insight
atau pemahaman terhadap hubungan antar bagian dan keseluruhan melalui
pengaturan kesan menurut bentuk, ukuran, warna, dll. Insight merupakan
inti dalam belajar yang lebih memahami lagi tingkat kejelasan atau
keberartian
dari apa yang diamati daripada dengan Reward-Punishment. Dalam kegiatan
belajar, para Psikolog Gestalt terkenal dengan studi mereka mengenai
wawasan atau Insight pada Kera dan Simpanse, dan perluasan teori mereka
kedalam bentuk cara berfikir yang produktif pada subjek manusia.
Insightful
learning memiliki pengertian bahwa belajar merupakan lebih mendalami
pengertian bukan hanya sekedar menghafal.
Peletak
dasar Psikologi Gestalt adalah Max Wertheimer (1880-1943)
yang meneliti tentang pengamatan dan Problem Solving. Kemudian diikuti
oleh Kurt Koffka (188-1941) yang menguraikan tentang hukum-hukum
penalaran.
Kemudian diteruskan oleh Wolgang Kohler (1887-1959) yang meneliti
tentang
Insight pada Simpanse.
Bertolak
dari penemuan Gestalt, Kurt Lewin (1892-1947) mengembangkan
suatu teori belajar Kognitif dengan menaruh perhatian kepada kepribadian
dan psikologi sosial. Lewin berpendapat bahwa tingkah laku manusia
merupakan
hasil interaksi antara tujuan, kebutuhan dan tekanan jiwa dalam diri
individu dengan tantangan dan permasalahan. Menurutnya belajar
berlangsung
sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Lewin memberikan
peranan yang lebih penting pada motivasi dari Reward.
Prinsip dasar Teori Belajar
Kognitif
Sebagai
definisi sementara ini, kita boleh mengatakan bahwa pokok
permasalahan psikologi adalah studi ilmiah mengenai perilaku makhluk
hidup dalam hubungan mereka dengan dunia luar (Koffka, 1925). Sementara
itu menurut pendapat traditional, belajar adalah menambah dan
mengumpulkan
sejumlah pengetahuan. Lain lagi dengan pendapat para ahli pendidikan
modern yang merumuskan perbuatan belajar adalah Suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang
yang
dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan
latihan (Shaleh, 2004). Dalam pengertian lainnya, belajar adalah
peristiwa mental yang mempengaruhi perubahan tingkah laku yang
disebabkan
karena pengalamannya secara berulang-ulang dalam suatu situasi yang
membentuk pola baru dalam kecakapan, pembawaan, kematangan, kepandaian
atau kebiasaan.
Melalui beberapa pengertian di atas dapat dibagi prinsip dasar Psikologi
Kognitif dalam 5 subjek pembelajaran, yaitu :
- Persepsi
- Atensi
- Memori
- Bahasa
- Pemikiran
Penjelasannya
sebagai berikut :
- Pengertian persepsi adalah proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. Ditambah dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman masa lalu. Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap suatu benda ataupun suatu kejadian yang dialami. Dengan kata lain, persepsi adalah proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data penginderaan kita untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari hal-hal disekeliling kita. Termasuk sadar akan diri kita sendiri.
- Atensi atau kesiapan adalah suatu proses yang mereaksi secara istimewa terhadap suatu rangsangan. Dengan kata lain, Atensi adalah perhatian dengan menyesuaikan organ-organ penginderaan dan sistem syaraf sentral bagi stimulus-stimulus yang datang. Perhatian adalah pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa tertuju kepada suatu objek dengan mendayagunakan kesadaran untuk menyertai suatu aktifitas.
- Pengertian memori adalah ingatan atau daya ingatan. Yang merupakan suatu fungsi yang terlibat dalam mengenang atau mengalami lagi pengalaman masa lalu yang dapat diingat kembali. Proses ingatan ini dapat diukur dengan Recall, Reproduksi, Recognition dan Relearning.
- Bahasa dapat menjadi tolak ukur dalam memahami kualitas berfikir anak. Karena bahasa memiliki dua fungsi utama, yaitu; mengembangkan kemampuan berfikir dan merupakan mekanisme atau bagian dari proses untuk berfikir. Bahasa memungkinkan individu untuk membayangkan hal yang abstrak dan fleksibel, memanipulasi, menciptakan ide baru dan berbagi ide dengan orang lain.
- Pemikiran dapat diartikan sebagai kondisi letak hubungan antar-bagian pengetahuan yang telah ada dalam diri yang dikontrol oleh akal. Berpikir berarti meletakkan hubungan antar-bagian pengetahuan yang diperoleh manusia mencakup segala aspek konsep, gagasan dan pengertian yang telah dimiliki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar