Rabu, 28 Oktober 2015

Learning Cognitive Theory


Teori-teori belajar bermunculan seiring dengan perkembangan teori psikologi. Salah satu diantara teori belajar yang terkenal adalah teori belajar behaviorisme dengan tokohnya Ivan Petrovich Pavlov, William McDogall, B.F. Skinner, Thorndike, John Broadus Watson. Dikatakan bahwa, teori-teori belajar hasil eksperimen mereka secara prinsipal bersifat behavioristik dalam arti lebih menekankan timbulnya perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur.
Namun seiring dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan, teori tersebut mempunyai beberapa kelemahan, yang menuntut adanya pemikiran teori belajar yang baru. Dikatakan bahwa, teori-teori behaviorisme itu bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon, sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot, padahal setiap manusia memiliki kemampuan mengarahkan diri (Self-direction) dan pengendalian diri (Self control) yang bersifat kognitif, dan karenanya ia bisa menolak respon jika ia tidak menghendaki, misalnya karena lelah atau berlawanan dengan kata hati, dan proses belajar manusia yang dianalogikan dengan perilaku hewan itu sangat sulit diterima, mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis antara manusia dan hewan. Hal ini dapat diidentifikasi sebagai kelemahan Teori Behaviorisme.

Dari kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam Teori Behaviorisme dapat diambil suatu pertanyaan, “Upaya apa yang akan dilakukan oleh para Ahli Psikologi Pendidikan dalam mengatasi kelemahan teori tersebut ?’’ Realitas ini sangat penting untuk dibahas dalam makalah ini. Untuk itu pembahasan makalah ini diangkat untuk mengungkap masalah-masalah tersebut.
Berdasarkan tulisan-tulisan dalam berbagai literatur, ditemukan bahwa para ahli telah menemukan teori baru tentang belajar yaitu Teori Belajar Kognitif yang lebih mampu meyakinkan dan menyumbangkan pemikiran besar demi perkembangan dan kemajuan proses belajar sebagai lanjutan dari Teori Behaviorisme tersebut.
Selanjutnya berangkat dari latar belakang masalah tersebut di atas, tulisan ini akan membahas mengenai tema “Teori Belajar Kognitif “
    Awal Pertumbuhan Teori Belajar Kognitif
    Dalam hal pendidikan, tentu tidak akan terlepas dari kata belajar, dimana belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi pelajar atau mahasiswa kata “belajar” merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian yang tidak terpisah dari semua kegiatan mereka dalam menunut ilmu dilembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mengajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan keinginan. Entah malam hari, sore hari atau pagi hari. Dari dulu hingga sekarang para ahli psikologi dan pendidikan tidak bosan-bosannya membicarakan masalah belajar. Penelitian demi penilitian sudah pula dilakukan. Berbagai teori belajar sudah tercipta sebagai hasil dari penelitian.
    Terdapat beberapa ahli yang belum merasa puas terhadap penemuan-penemuan sebelumnya mengenai belajar sebagai proses hubungan stimulus-reponse-reinforcement. Dari sinilah muncul Psikologi Kognitif, dengan lahirnya teori belajar Gestalt. Teori Psikologi Gestalt menekankan bahasan pada masalah konfigurasi, struktur dan pemetaan dalam pengalaman. Suatu konsep yang penting dalam Psikologi Gestalt adalah tentang Pikiran-Insight-‘Aha’.
    Menurut pandangan Gestaltis, semua kegiatan belajar menggunakan Insight atau pemahaman terhadap hubungan antar bagian dan keseluruhan melalui pengaturan kesan menurut bentuk, ukuran, warna, dll. Insight merupakan inti dalam belajar yang lebih memahami lagi tingkat kejelasan atau keberartian dari apa yang diamati daripada dengan Reward-Punishment. Dalam kegiatan belajar, para Psikolog Gestalt terkenal dengan studi mereka mengenai wawasan atau Insight pada Kera dan Simpanse, dan perluasan teori mereka kedalam bentuk cara berfikir yang produktif pada subjek manusia. Insightful learning memiliki pengertian bahwa belajar merupakan lebih mendalami pengertian bukan hanya sekedar menghafal.
    Peletak dasar Psikologi Gestalt adalah Max Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan Problem Solving. Kemudian diikuti oleh Kurt Koffka (188-1941) yang menguraikan tentang hukum-hukum penalaran. Kemudian diteruskan oleh Wolgang Kohler (1887-1959) yang meneliti tentang Insight pada Simpanse.
    Bertolak dari penemuan Gestalt, Kurt Lewin (1892-1947) mengembangkan suatu teori belajar Kognitif dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial. Lewin berpendapat bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil interaksi antara tujuan, kebutuhan dan tekanan jiwa dalam diri individu dengan tantangan dan permasalahan. Menurutnya belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Lewin memberikan peranan yang lebih penting pada motivasi dari Reward.
    Prinsip dasar Teori Belajar Kognitif

    Sebagai definisi sementara ini, kita boleh mengatakan bahwa pokok permasalahan psikologi adalah studi ilmiah mengenai perilaku makhluk hidup dalam hubungan mereka dengan dunia luar (Koffka, 1925). Sementara itu menurut pendapat traditional, belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Lain lagi dengan pendapat para ahli pendidikan modern yang merumuskan perbuatan belajar adalah Suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Shaleh, 2004). Dalam pengertian lainnya, belajar adalah peristiwa mental yang mempengaruhi perubahan tingkah laku yang disebabkan karena pengalamannya secara berulang-ulang dalam suatu situasi yang membentuk pola baru dalam kecakapan, pembawaan, kematangan, kepandaian atau kebiasaan.

    Melalui beberapa pengertian di atas dapat dibagi prinsip dasar Psikologi Kognitif dalam 5 subjek pembelajaran, yaitu :
    1. Persepsi
    2. Atensi
    3. Memori
    4. Bahasa
    5. Pemikiran
    Penjelasannya sebagai berikut :
    1. Pengertian persepsi adalah proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. Ditambah dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman masa lalu. Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap suatu benda ataupun suatu kejadian yang dialami. Dengan kata lain, persepsi adalah proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data penginderaan kita untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari hal-hal disekeliling kita. Termasuk sadar akan diri kita sendiri.
    2. Atensi atau kesiapan adalah suatu proses yang mereaksi secara istimewa terhadap suatu rangsangan. Dengan kata lain, Atensi adalah perhatian dengan menyesuaikan organ-organ penginderaan dan sistem syaraf sentral bagi stimulus-stimulus yang datang. Perhatian adalah pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa tertuju kepada suatu objek dengan mendayagunakan kesadaran untuk menyertai suatu aktifitas.
    3. Pengertian memori adalah ingatan atau daya ingatan. Yang merupakan suatu fungsi yang terlibat dalam mengenang atau mengalami lagi pengalaman masa lalu yang dapat diingat kembali. Proses ingatan ini dapat diukur dengan Recall, Reproduksi, Recognition dan Relearning.
    4. Bahasa dapat menjadi tolak ukur dalam memahami kualitas berfikir anak. Karena bahasa memiliki dua fungsi utama, yaitu; mengembangkan kemampuan berfikir dan merupakan mekanisme atau bagian dari proses untuk berfikir. Bahasa memungkinkan individu untuk membayangkan hal yang abstrak dan fleksibel, memanipulasi, menciptakan ide baru dan berbagi ide dengan orang lain.
    5. Pemikiran dapat diartikan sebagai kondisi letak hubungan antar-bagian pengetahuan yang telah ada dalam diri yang dikontrol oleh akal. Berpikir berarti meletakkan hubungan antar-bagian pengetahuan yang diperoleh manusia mencakup segala aspek konsep, gagasan dan pengertian yang telah dimiliki.

     

    Tidak ada komentar: