Piaget
mengemukakan bahwa Inteligensi adalah ciri bawaan yang dinamis.
Sebab tindakan yang cerdas akan berubah saat organisme itu makin matang
secara biologis dan mendapat pengalaman. Inteligensi adalah bagian
integral
dari setiap organisme karena setiap organisme yang hidup selalu mencari
kondisi yang kondusif untuk keberlangsungan hidup. Bagaimana kecerdasan
memanifestasikan dirinya pada waktu tertentu akan selalu bervariasi
sesuai kondisi yang ada. Teori Piaget sering disebut sebagai Epistemology Genetic, karena teori
ini mendasari pada hereditas
atau genetic yang dibawa oleh orang tua. Istilah genetik yang dimaksud
mengacu pada pertumbuhan developmental warisan biologi.
Piaget
memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari
fungsi intelektual dari pemikiran yang konkret menuju pemikiran yang
abstrak. Piaget meneliti perkembangan intelektual berdasarkan struktur
yang terbentuk didalam individu akibat interaksinya dengan lingkungan.
Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik
untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
dengan
cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi Inteligensi sebenarnya bukan
persoalan
kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh. Akan
tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan
inteligensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh
lainnya. Karena otak merupakan “Menara Pengontrol” hampir seluruh
aktivitas manusia.
Teori Belajar dalam
Perkembangan Psikologi Kognitif Jean Piaget
Piaget
membagi Inteligensi menjadi 3 aspek, yaitu :
- Scheme atau disebut juga struktur, adalah suatu pola tingkah laku yang dapat diulang. Scheme berhubungan dengan reflex bawaan seperti bernafas, makan, minum, dan struktur mental yang dapat diamati dan yang masih sukar untuk diamati.
- Content atau disebut juga isi, yaitu pola tingkah lakku spesifik saat individu dihadapkan pada suatu permasalahan.
- Function atau disebut juga fungsi, adalah cara individu dalam mencapai kemajuan intelektual berupa kecakapan organisasi dan kecakapan adaptasi. Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui 2 proses yaitu : assimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang dihadapinya dalam lingkungan. Dan proses akomodasi seseorang memerlukan modifikasi struktur mental yang ada untuk mengadakan respon terhadap tantangan lingkungan.
Dapat
dikatakan bahwa anak yang sedang mengalami perkembangan, struktur
dan konten intelektualnya mengalami perubahan serta fungsi adaptasinya
akan tersusun sehingga mempunyai struktur psikologis yang menentukan
kecakapan berpikir anak. Maka Piaget mengartikan bahwa pertumbuhan
intelektual
terjadi karena adanya proses yang kontinu dari satu kondisi yang stabil
atau imbang.
Piaget
mengidentifikasi empat factor yang mempengaruhi transisi tahap
perkembangan anak, yaitu; (1.) Kematangan, (2.) Pengalaman fisik atau
lingkungan, (3.) Transmisi social, (4.) Self Regulation atau
Equilibrium.
Selanjutnya
Teori Piaget membagi tingkat perkembangan Kognisi anak
dengan empat tahapan, yaitu :
- Tingkat sensorimotori (Dari lahir sampai sekitar usia 2 tahun)
Pada
periode ini anak belajar mengenali objek dan
bagaimana ia memanipulasikan objek tersebut. Dia juga belajar memahami
arti dari ruang dan waktu namun belum memiliki peralatan konseptual
yang memadai. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang dapat ditangkap
oleh inderanya.
- Tingkat Praoperasional (Dari usia 2 tahun sampai sekitar usia 7 tahun)
Pada
periode ini anak mulai berpikir dengan kategori-kategori
sederhana. Anak dapat menggambarkan atau menunjukkan objek secara
simbolis,
dan dapat menanggapi permanensi objeknya, sekalipun objeknya tidak
hadir.
- Tingkat Operasi Konkret (Dari Usia 7 tahun sampai sekitar usia 11 tahun)
Selama
periode ini anak dapat mengetahui symbol-simbol
matematis. Dia terikat erat dengan objek dan peristiwa yang muncul juga
dapat menguasai konsep konservasi dari massa, panjang dan isi. Pada
periode ini anak mulai mengurangi sifat Egosentrienya dan lebih
menonjolkan
sifat sociocentrisnya, seperti membentuk Peer Group.
- Tingkat Operasi Formal (Dari usia 11 tahun dan masa sesudahnya)
Selama
periode terakhir dari operasi formal, kapabilitas
kedewasaan dalam penalaran, daya abstraksi dan berpikir secara hipotesis
anak muncul secara berangsur-angsur. Pada periode ini ia dapat
memberikan
hipotesa, statement dan pemecahan masalah berdasarkan data-data yang
konkret. Ia telah dapat memisahkan factor-faktor yang menyangkut dirinya
dan mengkombinasikan dengan factor-faktor lain diluar dirinya.
Belajar
merupakan aktifitas yang berproses, tentu didalamnya terjadi
perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul
melalui tahap-tahap yang antara satu dan lainnya bertalian secara
berurutan
dan fungsional. Yang menjadikan dasar ide teori Jerome Bruner ialah
pendapat Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif
dalam belajar di kelas. Oleh karena itu, konsep pembelajaran ini secara
sadar mengembangkan proses belajar siswa yang mengarah kepada aspek
jiwa dan aspek raga. Sesuai dengan pengertian belajar itu sendiri yaitu
: Serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
linkungannya
yang menyangkut kognitif, efektif, dan psikomotorik.
Dalam
konsep belajar menurut Jerome Bruner ada tiga tahap yang ditempuh
oleh siswa, yaitu: Tahap Informasi (tahap penerimaan materi), Tahap
Transformasi (tahap pengubahan materi) dan Tahap Evaluasi (tahap
penilaian
materi). Dan konsep ini merupakan konsep belajar yang menentang konsep
belajar aliran behavioristik. Nasution menjelaskan bahwa ketiga tahapan
konsep penemuan Jerome Bruner tersebut saling berkaitan di antaranya:
- Tahap Informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam
tahap ini disetiap pelajaran kita proleh sejumlah
informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada
yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang
bertentangan
dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya , misalnya tidak ada
energi
yang lenyap.
- Tahap Transformasi (tahap pengubahan materi)
Dalam
tahap ini informasi yang kita terima itu harus
dianalisis , diubah atau ditransformasi kebentuk yang lebih abstrak
atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas.
Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.
- Tahap Evaluasi (tahap penilaian materi)
Dalam
tahapan ini informasi yang diperoleh itu dinilai
seberapa besar pengetahuan yang diperoleh dan ditransformasikan
itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Bruner
adalah tokoh yang mencetuskan konsep belajar penemuan (discovery),
Beliau juga seseorang pengikut setia teori kognitif, khususnya dalam
studi perkembangan fungsi kognitif, dan menandai perkembangan
kognitif manusia. Menurut Bruner perkembangan kognitif seorang anak
terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan dengan cara melihat
lingkungan,
yaitu tahap enaktif,
ikonik dan simbolik.
Tahap
enaktif pada tahap ini anak
didik melakukan aktivitas-aktivitas
dalam usaha memahami lingkungan sekitarnya. Peserta didik melakukan
observasi dengan cara mengalami secara langsung suatu realitas. Artinya,
dalam memahami dunia sekitar, anak menggunakan pengetahuan motorik.
Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainnya.
Tahap
ikonik
pada tahap ini anak didik melihat dunia melalui gambar-gambar dan
visualisasi
verbal, dalam memahami dunia sekitarnya. Anak belajar melalui bentuk
perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
Tahap
simbolik
pada tahap ini peserta didik anak didik mempunyai gagasan-gagasan
abstrak
yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika serta komunikasi dilakukan
dengan pertolongan sistem symbol. Semakin dewasa seseorang maka system
symbol ini semakin dominan. Peserta didik telah mampu memahami
gagasan-gagasan
abstrak. Peserta didik membuat abstraksi berupa teoti-teori, penafsiran,
analisis dan sebagainya terhadap realitas yang telah diamati dan
dialami.
The
Act Of Discovery Learning Jerome Bruner terbagi dalam :
- Pertama Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan.
- Kedua Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan system penyimpanan informasi secara realis.
- Ketiga Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang tentang apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan pada diri sendiri.
- Keempat Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan anak diperlukan bagi perkembangan kognitifnya. kelima Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif, karena bahasa merupakan alat komunikasi antara manusia. Bahasa diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.
- Keenam Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternative secara simultan, memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurutan dalam berbagai situasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar