Salah
satu teori belajar, yang merupakan teori awal tentang belajar
adalah Teori behaviorisme yaitu teori belajar yang lebih menekankan
pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif
yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan
akan membentuk perilaku mereka. Ada 3 jenis belajar menurut teori
behaviorisme
yaitu (1) Respondent Conditioning, (2) Operant Conditioning dan (3)
Observational Learning atau social cognitive Learning.
Teori
kognitif mengacu pada wacana psikologi kognitif, dan berupaya
menganalisis secara ilmiah proses mental dan struktur ingatan atau
cognition
dalam aktifitas belajar. Cognition diartikan sebagai aktifitas
mengetahui,
memperoleh, mengorganisasikan, dan menggunakan pengetahuan (Lefrancois,
1985). Proses kognitif telah menjadi penting di bidang penelitian
psikologi,
seperti psikologi perkembangan dan penelitian tetntang motivasi. Salah
satu faktornya ialah terbatasnya penjelasan mengenai aktivitas manusia
yang diberikan oleh behaviorisme.
Pembelajaran: Pandangan Behavioristik dan Kognitif
Pandangan
behavioris menegaskan bahwa pembelajaran merupakan perubahan
perilaku, yang dengannya seseorang bertindak dalam satu situasi
tertentu.
Para ahli seperti J. B. Watson, E. L. Thorndike, dan B. F. Skinner
dianggap
sebagai psikolog behaviorisme karena mereka memfokuskan hampir segala
hal pada perilaku yang dapat diamati dan perubahan-perubahan
behaviorisme.
Dalam kenyataan, banyak di antara behavioris awal bahkan menolak untuk
mendiskusikan konsep pemikiran atau emosi, karena pemikiran dan emosi
tidak dapat diobservasi secara langsung.
Sebaliknya,
para psikolog kognitif seperti Jean Piaget, Robert Claser,
John Anderson, dan David Ausubel mengatakan bahwa pembelajaran itu
sendiri
merupakan proses internal yang tidak dapat diobservasi secara langsung.
Pembelajaran merupakan perubahan dalam kemampuan seseorang untuk
merespon
satu situasi tertentu. Menurut pandangan kognitif, perubahan perilaku
yang para behavioris sebut sebagai pembelajaran hanya merupakan satu
refleksi dari perubahan internal. Sekali lagi berbeda dengan kalangan
behavioris, psikolog kognitif yang mengkaji pembelajaran tertarik pada
variabel-variabel yang tidak dapat diobservasi seperti pengetahuan,
makna, intensi, perasaan, kreativitas, pandangan, dan pemikiran.
Pandangan
behaviorisme dan kognitif berbeda dalam banyak hal penting,
dan perbedaan tersebut tampak dalam metode yang digunakan masing-masing
kelompok untuk mengkaji pembelajaran. Satu karya awal mengenai prinsip
pembelajaran behaviorisme dilakukan dengan menggunakan binatang dalam
setting laboratorium terkontrol. Kajian ini merupakan usaha untuk
mengidentifikasi
beberapa hukum pembelajaran umum yang akan berlaku pada semua organisme
yang lebih tinggi (termasuk manusia) tanpa memandang usia, intelegensi,
atau perbedaan individual.
Hukum
yang mereka cari hendak digunakan untuk memprediksi dan mengendalikan
perubahan perilaku setiap organisme (Estes, 1975). Di sisi lain, para
psikolog kognitif lebih tertarik untuk menjelaskan bagaimana
pembelajaran
ada pada manusia dengan kemampuan dan usia yang berbeda. Mereka berusaha
menemukan bagaimana manusia yang berbeda memecahakan masalah,
mempelajari
konsep, menerima dan mengingat informasi, dan menyelesaikan banyak tugas
mental yang kompleks.
Dengan
mempertimbangkan pandangan behaviorisme dan kognitif, diperoleh
definisi umum bahwa pembelajaran merupakan perubahan internal dalam
diri seseorang, pembentukan asosiasi baru, atau potensi untuk memberikan
respon baru. Pembelajaran merupakan perubahan yang relatif permanen
dalam kapabilitas seseorang. Definisi ini mengakui fakta bahwa
pembelajaran
merupakan proses yang berlangsung dalam diri seseorang (pandangan
kognitif),
namun juga menekankan pentingnya perubahan perilaku yang dapat
diobservasi
sebagai indikasi bahwa pembelajaran berlangsung (pandangan
behaviorisme).
- Kaitannya dengan Stimulus-Respon
Teori
behaviorisme dengan model hubungan stimulus-respon, mendudukkan
orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku
tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman. Teori behaviorisme menjelaskan belajar
itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai
secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum
mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik
yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan
respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap
stimulans.
Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan
perilaku S-R (Stimulus-Respon).
Adapun
pandangan kognitif, melihat seseorang sebagai individu yang aktif.
Mereka
memulai pengalaman yang membawa pada pembelajaran, mencari informasi
untuk memecahkan masalah, mengatur dan mengorganisir ulang apa yang
sudah mereka ketahui untuk mencapai pembelajaran baru. Bukan secara
pasif dipengaruhi oleh peristiwa lingkungan. Manusia secara aktif
memilih,
menentukan, mempraktekkan, memperhatikan, mengabaikan, dan membuat
banyak
respon lain ketika mereka mengejar tujuan. Salah satu pengaruh paling
penting dalam proses ini adalah apa yang individu bawa pada situasi
pembelajaran.
Baik
para ahli teori behaviorisme maupun kognitif percaya bahwa penguatan
merupakan hal penting dalam pembelajaran, meskipun dengan alasan yang
berbeda. Penguatan akan meningkatkan keseringan merespon, tetapi
penghapusan
konsekuensi penguatan akan menurunkan keseringan itu. Behavioris
menegaskan
bahwa penguatan memperkuat respon. Sedangkan para ahli kognitif melihat
penguatan sebagai sumber tahapan balik. Tangggapan balik ini memberi
informasi mengenai apa yang biasanya terjadi ketika perilaku diulang.
Dalam pandangan kognitif, penguatan pelajar merupakan reduksi hal yang
tidak pasti yang menghasilkan satu makna pengertian dan pemahaman.
Dengan
kata lain, penguatan berasal dari konstruksi satu cara memahami yang
efektif atas dunia dan tujuan-tujuan yang dicapai.
Aplikasi
teori behaviorisme dalam pembelajaran :
- Mementingkan pengaruh lingkungan.
- Mementingkan bagian-bagian (elementalistik).
- Mementingkan peranan reaksi.
- Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon.
- Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya.
- Mementingkan pembentukan kebiasan melalui latihan dan pengulangan.
- Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan
Implikasi
teori behaviorisme dalam pembelajaran :
- Pembelajaran adalah upaya alih pengetahuan dari guru kepada siswa.
- Tujuan pembelajaran lebih ditekankan pada bagaimana menambah pengetahuan.
- Pembelajaran mengikuti aturan kurikulum secara ketat dan belah lebih ditekankan pada keterampilan mengungkapkan kembali apa yang dipelajari.
- Kegagalan dalam belajar atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.
- Evaluasi lebih ditekankan pada respons pasif.
Aplikasi
teori belajar kognitif dalam pembelajaran:
- Guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya,
- Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks,
- Guru menciptakan pembelajaran yang bermakna,
- Memperhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
Implikasi
teori kognitif dalam pembelajaran:
- Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
- Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
- Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
- Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
- Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Kelebihan
teori belajar behaviorisme :
- Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui stimulasi.
- Bahan pelajaran disusun secara hirarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
- Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.
- Metode behavioristik ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan
Kekurangan
teori belajar behaviorisme:
- Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur.
- Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru.
- Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
- Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.
Kelebihan
teori belajar kognitif:
- Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
- Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah
- Dapat menjelaskan Higher-Order Functions, karena melibatkan proses mental
- Membantu siswa untuk dapat mengontrol perilakunya sendiri
- Metode belajar kognitif ini menggunakan model Information Processing, yang dapat meningkatkan kapasitas berfikir dengan memproses pengetahuan serta mengolah informasi yang diekstraksi dari peristiwa-peristiwa yang ada dilingkungan sekitar. Seperti suara atau kata, gerakan benda, dan gambar.
Kekurangan
teori belajar kognitif:
- Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
- Sulit dipraktikkan khususnya ditingkat dasar
IMPLIKASI TEORI BELAJAR
KOGNITIF DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR.
Jika
ada kurikulum yang menekankan pada filosofi pendidikan yang
berorientasi
pada pembelajar (murid) sebagai pusat, learner-centered, maka model
kurikulum seperti itulah yang diinspirasi dari pandangan Piaget.
Sedangkan,
beberapa metode pengajaran yang diterapkan pada kebanyakan sekolah di
Amerika waktu itu seperti metode ceramah, demonstrasi, presentasi
audi-visual,
pengajaran dengan menggunakan mesin dan peralatan, pembelajaran
terprogram,
bukanlah merupakan metode yang dikembangkan oleh Piaget.
Implikasi dari teori piaget
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
a.
Memusatkan perhatian pada proses berpikir anak, bukan sekadar hasilnya.
b.
Menekankan pada pentingnya peran siswa dalam berinisiatif sendiri
dan
keterlibatannya
secara aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran
di kelas, pengetahuan diberikan tanpa adanya tekanan, melainkan anak
didorong menemukan sendiri melalui preses interaksi dengan
lingkungannya.
c.
Memaklumi adanya perbedaan individual dalam
hal kemajuan perkembangan sehingga guru harus melakukan upaya khusus
untuk mengatur kegiatan kelas dalam bentuk individu-individu atau
kelompok-kelompok
kecil.
Menurut
Piaget (William C. Crain) adalah benar bahwa belajar tidak
harus berpusat pada guru atau tenaga kependidikan, tetapi anak harus
lebih aktif. Oleh karenanya peserta didik harus dibimbing agar aktif
menemukan sesuatu yang dipelajarinya. Konsekuensinya materi yang
dipelajari
harus menarik minat belajar peserta didik dan menantang sehingga mereka
asyik dan terlibat dalam proses pembelajaran. Kesadaran anak akan
keterlibatannya
dalam proses pembelajaran perlu diarahkan guru. Oleh karena itu guru
atau pendidik harus terlibat bersama peserta didik dalam proses belajar
itu.
Selain
itu Piaget juga mengisyaratkan bahwa kemampuan berpikir anak
dengan orang dewasa itu berbeda. Implikasinya berarti bahwa sekuensi
(urutan) bahan pembelajaran dan metode pembelajaran harus menjadi
perhatian
utama. Anak akan sulit memahami bahan pelajaran jika sekuensi bahan
pelajaran itu lomcat-loncat.
Implikasi
dari teori piaget lainnya adalah dalam proses pembelajaran
guru atau pendidik harus memperhatikan tahapan perkembangan kognitif
peserta didik.
Berdasarkan
teori Piaget, pembelajaran inkuiri cocok bila diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran karena inkuiri menyandarkan pada dua sisi
yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses
belajar
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil
belajar diarahkan untuk mengkontruksi pengetahuan dan penguasaan materi
pelajaran baru. Selain itu, yang dinilai dalam pembelajaran inkuiri
adalah proses menemukan sendiri hal baru dan proses adaptasi yang
berkesinambungan
secara tepat dan serasi antara hal baru dengan struktur kognitif yang
telah dimiliki siswa.
Penerapan
teori Bruner yang terkenal dalam pendidikan adalah kurikulum
spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari
sekolah dasar sampai perguruan tinggi, tetapi disesuaikan dengan tingkat
perkembangan kognitif peserta didik. Artinya menunutut adanya
pengulangan-pengulangan.
Menurut Bruner belajar untuk sesuatu tidak usah ditunggu sampai
peserta didik mencapai tahap perkembangan tertentu, yang penting bahan
pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan kepadanya.
Dengan
kata lain perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan
jalan mengatur bahan belajar yang akan dipelajari dan menyajikannya
sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Menurut
Djamarah dan Zain implikasi konsep belajar discovery
dalam pembelajaran diantaranya :
- Simulation, guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh anak didik untuk membaca atau mendengarkan uraian yang memuata uraian permasalahan.
- Problem Statement, anak didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan. Sebagian besar memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahakan. Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang di ajukan.
- Data collection, Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis ini, anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relavan, membaca literature,m mengamati obyek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.
- Data prossesing. Semua informasi hasil bacaan, wawancara observasi, dan sebagainya, semunya diolah, diacak, diklasifikasikn, ditabulasi, bahkan apabila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
- Verfication, atau pembuktian. Berasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
- Generalization. Tahap selanjutnya berdasarkan verfikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu.
Pendekatan
teori belajar kognitif ini lebih menekankan arti penting dari proses
internal atau mental manusia. Dalam pandangan para ahli psikologi
kognitif,
tingkah laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan
tanpa melibatkan proses mental seperti, motivasi, kesengajaan, keyakinan
dan sebagainya.
Meskipun
pendekatan Teori belajar Kognitif sering dipertentangkan dengan
pendekatan
Teori Belajar Behavioristik, tidak berarti Teori Belajar Kognitif anti
terhadap aliran Behavior. Hanya menurut para ahli Teori Belajar
Kognitif,
aliran bihavorisme itu tidak lengkap sebagai sebuah teori psikologi.
Sebab tidak memperhatikan proses kejiwaan yang berdimensi ranah cipta
seperti berfikir ; mempertimbangkan pilihan dan mengambil keputusan.
Aliran behavior juga tidak mau tahu ranah rasa.
Dalam
perspektif teori belajar kognitif, belajar pada asasnya adalah peristiwa
mental, bukan peristiwa behavioral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar