Menurut KBBI,
emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat atau
keadaan fisiologis dan psikologis, seperti senang, sedih, dll.
Emosi berasal dari
bahasa Latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini
menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Daniel Goleman (2002) mengatakan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi merupakan
reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu, sebagai contoh
emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara
fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku
menangis.
Kleinginna
& Kleinginna (dalam DR. Nyayu Khodijah) mencatat ada 92 definisi yang
berbeda tentang emosi, namun disepakati bahwa keadaan emosional adalah suatu
reaksi kompleks yang melibatkan kegiatan dan perubahan yang mendalam serta
dibarengi dengan perasaan yang kuat.
Istilah emosi menurut Daniel Goleman (1995), seorang
pakar kecerdasan emosional, yang diambil dari Oxford English Dictionary
memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan,
nafsu, setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Lanjutnya ia
mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang
khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecendrungan untuk
bertindak.
Menurut Chaplin (1989) dalam Dictionary of psychology, emosi adalah sebagai suatu keadaan yang
terangsang dari organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang
mendalam sifatnya dari perubahan perilaku.Chaplin (1989) membedakan emosi
dengan perasaan, parasaan (feelings) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan
baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
Menurut teori James-Lange (James,1884), pembangkitan
aksi autonom dan otot-otot rangka muncul terlebih dahulu, sedangkan emosi yang
kita alami hanya merupakan label yang kita berikan untuk respons yang kita
berikan.
|
|
|
Pada laporan penelitian selanjutnya,
William James (1894) menegaskan posisinya. Emosi memiliki 3 komponen, yaitu;
kognisi,tindakan, dan perasaan. Aspek kognitif muncul terlebih dahulu. Anda
menilai sesuatu baik atau buruk,menakutkan atau mengganggu, dan proses tersebut
sering kali berlangsung dengan sangat cepatnya. Penilaian anda tentang sesuatu
akan menimbulkan tindakan, seperti lari menjauh,menyerang,atau hanya diam
terpaku dengan jantung berdegup kencang. Ketika William James mengatakan bahwa
pembangkitan dan tindakan menghasilkan emosi, maka yang James maksud dengan
tindakan disini adalah aspek perasaan dari sebuah emosi.
Berdasarkan teori James-Lange,perasaan
emosional dihasilkan oleh tindakan tubuh kita. Untuk membuktikannya peneliti
melakukan eksperimen dengan instruksi gigitlah sebuah pulpen dengan gigi atau
tahan dengan bibir. Kemudian, lihatlah strip-strip komik yang ada disurat
kabar. Sebagian besar individu menilai komik lebih lucu ketika mereka menggigit
pulpen sehingga membuat mereka tersenyum, dibanding ketika mereka menahan
pulpen dengan bibir-sehingga mereka tidak dapat tersenyum. (Strack, Martin,
& Stepper, 1998). Artinya,sensasi senyum meningkatkan kesenangan,walaupun
hanya sedikit.
Secara keseluruhan, hasil-hasil penelitian
tersebut mengindikasikan bahwa persepsi kita mengenai tindakantubuh
berkonstibusi terhadap perasaan emosional kita, seperti yang dikemukakan oleh
teori James-Lange.
Selanjutnya, didalam sebuah tulisan James mengenai emosi, Barbalet
(1999) menjelaskan bahwa banyak dari tulisan tersebut yag diabaikan dan
disalahpahami. Dia berpendapat bahwa James menguasai lebih dari satu abad
mengenai penelitianini, dan mengabaikan analisis tindakan emosi dan social yang
telah menghambat perkembangan psikologi social dan emosi.
Keberatan
utama terhadap teori James-Lange berasal dari Walter Cannon pada 1920,an yang
mengemukakan bahwa :
1. Perubahan
badani tampaknya tidak terlalu berbeda dari keadaan emosional yang satu ke
keadaan emosional yang
lain, meskipun kita sebagai individu biasanya mengetahui emosi apa yang kita
miliki.
2. Organ
internal merupakan struktur yang relative tidak peka, yang tidak dipenuhi
saraf, dan perubahan internal timbul terlalu lamban untuk menjadi sumber
perasaan emosional.
3. Menimbulkan
perubahan badani yang berkaitan dengan emosi secara artificial (menyuntikkan
obat semacam epinefrin) tidak menghasilkan pengalaman emosi yang sebenarnya.
Teori Cannon pertama kali dikeluarkan sebagai bentuk reaksi
orang-orang dalam menanggapi teori James, dan Cannon mengajukan teori
alternative pada tahun1915, 1927, 1931, 1932.
Cannon
memuat 5 kritikan utama terhadap teori James:
1.
Perubahan
visceral tidak menimbulkan emosi
2.
Ada
bukti untuk pola respon visceral pada emosi
3.
Organ
visceral memiliki sensitivitas kecil sehingga tidak bisa digunakan untuk
membedakan emosi
4.
Meskipun
tidak ada respon visceral dalam pembedahan system saraf, emosional perilaku
tetap terjdi
5.
Emosi
bisa terjadi setidaknya satu detik setelah eksternal stimulasi
Beberapa
tahun kemudian, Schachter (1964) secara efektif berargumen melawan tiga dari
titik-titik ini. Dia menunjukkan bahwa emosi muncul meskipun bukan pada kondisi
yang cukup untuk terjadinya emosi tersebut, meskipun sulit untuk memastikan
bahwa emosi tidak dapat terjadi tanpa keterlibatan visceral. Schachter mengenai
emosi kognitif atau fisiologis menunjukkan bahwa keadaan emosi ditentukan oleh
factor kognitif. Schchter mengajukan tiga proposisi yang paling dikenal :
1. Jika secara fisiologis merasakan suatu
rangsangan, tetapi tidak tahu mengapa atau apa yang menyebabkan rasa rangsangan
itu, maka dapat bereaksi dengan cara kognitif terbuka.
2. Apabila kita merasakan suatu rangsangan,
tetapi mengetahui alasan dari hal itu, maka termasu sebagai kognitif
alternative.
3. Teori arah berlawanan. Jika dari waktu ke
waktu kita mengalami kognisi yang sama, maka hanya menjelaskan perasaan sebagai
emosi di bagian fisiologis.
Pandangan dasar Schachter adalah emosi dikendalikan melalui
keterkaitan yang sangat erat dengan interaksi antara fisiologis dan penilaian
kognitif, dan dikenal sebagai teori dua factor emosi. Selain itu, Mandler
(1962) menyatakan point 4 dan 5 pada penjelasan Cannon dapat dijelaskan oleh
fakta bahwa setelah pembentukan awal perilaku emosional kemudian dapat
dikondisikan untuk rangsangan eksternal, dan itu dapat terjadi sebelum
perubahan visceral atau tanpa intervensi.
b. Jenis-Jenis Emosi
Emosi terbagi menjadi dua yaitu emosi positf dan emosi negatif. Emosi
positif (emosi yang menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan
positif pada orang yang mengalaminya, diataranya adalah cinta, sayang, senang,
gembira, kagum dan sebagainya. Emosi negatif (emosi yang tidak menyenangkan),
yaitu emosi yang menimbulkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya,
diantaranya adalah sedih, marah, benci, takut dan sebagainya.Contoh emosi
positif diantaranya adalah:
1. Emosi Bahagia
Situasi-situasi
yang bisa menimbulkan emosi bahagia di antaranya adalah :
a. Aktivitas yang tujuannya diinginkan atau tercapainya tujuan yang
diinginkan
b.
Mendapat
keuntungan secara umum, misalnya mendapat untung usaha, memperoleh hadiah,
memperoleh uang, mendapatkan juara kelas, dan lainnya
c.
Persetujuan
sosial dari teman, rekan, orang tua, guru, dan orang yang dinilai penting dan
dihargai
d.
Mengingat
hal-hal yang familiar; seperti mengurangi aktivitas yang menyenangkan, bertemu
seseorang atau sesuatu yang dikenal.
e.
Sukses
dalam aktivitas baru
f. Sukses bertemu teman baru atau sahabat baru
g.
Melihat
atau mendengar sesuatu yang baru dan menyenangkan
Sedangkan contoh emosi negative diantaranya adalah:
1.
Emosi
marah
Situasi-situasi yang bisa menimbulkan emosi
marah di antaranya:
a.
Ditekan
untuk melakukan sesuatu
b.
Terhina
(baik secara psikologis maupun secara verbal)
c.
Keterbatasan,
terhambat dan frustrasi (secara fisik maupun psikologis, terancam oleh
seseorang, serangan berbahaya, dan batasan sosial)
d.
Mengalami
atau mengamati suatu perlakuan yang tidak biasa.
e. Keterkungkungan yang terus terjadi dan tercegahnya pemenuhan
kebutuhan
2.
Emosi
Jijik
a.
Situasi-situasi
yang bisa menimbulkan emosi jijik di antaranya adalah :
b.
Adanya
sensasi yang timbul karena rasa yang tidak enak, bau busuk, sesuatu yang
berminyak dan berlendir, melihat sesuatu atau seseorang yang kotor dan sangat
buruk
c. Perilaku yang sangat bertentangan dengan standar norma, agama,
moral dan kebiasaan.
3. Emosi Takut
Situasi-situasi
yang bisa menimbulkan emosi takut di antaranya adalah :
a.
Hidup
dalam bahaya, baik bahaya karena kejadian, karena seseorang, atau karena ide.
b.
Terancam
secara verbal maupun fisik; dihukum, dihina dan dimarahi oleh lawan yang lebih
kuat
c.
Kehilangan
dukungan
d.
Keterasingan
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Emosi
1. Faktor Internal
Umumnya emosi seseorang muncul berkaitan erat dengan
apa yang dirasakan seseorang secara individu. Mereka merasa tidak puas, benci
terhadap diri sendiri dan tidak bahagia. Adapun gangguan emosi yang mereka
alami antara lain adalah:
I.
Merasa tidak terpenuhi
kebutuhan fisik mereka secara layak sehingga timbul ketidakpuasan, kecemasan
dan kebencian terhadap apa yang mereka alami.
II.
Merasa dibenci,
disia-siakan, tidak mengerti dan tidak diterima oleh siapapun termasuk orang
tua mereka.
III.
Merasa lebih banyak
dirintangi, dibantah, dihina serta dipatahkan dari pada disokong, disayangi dan
ditanggapi, khususnya ide-ide mereka.
IV.
Merasa tidak mampu atau
bodoh.
V.
Merasa tidak menyenangi
kehidupan keluarga mereka yang tidak harmonis seperti sering bertengkar, kasar,
pemarah, cerewet dan bercerai.
VI.
Merasa menderita karena
iri terhadap saudara karena disikapi dan dibedakan secara tidak adil.
2. Faktor Eksternal
Menurut Hurlock (1980) dan Cole (1963) faktor yang mempengaruhi emosi
negatif adalah berikut ini.
I.
Orang tua atau guru
memperlakukan mereka seperti anak kecil yang membuat harga diri mereka
dilecehkan.
II.
Apabila dirintangi,
anak membina keakraban dengan lawan jenis.
III.
Terlalu banyak
dirintangi dari pada disokong, misalnya mereka lebih banyak disalahkan, dikritik
oleh orang tua atau guru, akan cenderung menjadi marah dan mengekspresikannya
dengan cara menentang keinginan orang tua, mencaci maki guru, atau masuk geng
dan bertindak merusak (destruktif).
IV.
Disikapi secara tidak
adil oleh orang tua, misalnya dengan cara membandingkan dengan saudaranya yang
lebih berprestasi dan lainnya.
V.
Merasa kebutuhan tidak
dipenuhi oleh orang tua padahal orang tua mampu.
VI.
Merasa disikapi secara
otoriter, seperti dituntut untuk patuh, banyak dicela, dihukum dan dihina
d. Fungsi Emosi
Beberapa emosi tertentu memiliki fungsi yang jelas. Rasa takut
memperingatkan kita untuk menghindar dari bahaya. Rasa marah membuat kita
menyerang pengganggu. Nilai adaptif dari rasa senang, sedih, malu, dan
emosi-emosi lainnya tidak terlalu jelas manfaatnya, walaupun peneliti telah
mengajukan beberapa kemungkinan.
Fungsi emosi menurut Goleman dan Hammen (1997), yaitu:
·
Emosi adalah pembangkit
energi (energizer) yaitu
sebagai pembangkit energi. Emosi dapat memberikan kita semangat dalam bekerja
bahkan juga semangat untuk hidup. Contohnya : perasaan cinta dan sayang. Namun,
emosi juga dapat memberikan dampak negatif yang membuat kita merasakan
hari-hari yang suram dan nyaris tidak ada semangat untuk hidup.Contohnya :
perasaan sedih dan benci.
·
Emosi adalah pembawa
informasi (messenger) yaitu
sebagai pembawa pesan. Emosi memberitahu kita bagaimana keadaan orang-orang
yang berada disekitar kita, terutama orang-orang yang kita cintai dan sayangi,
sehingga kita dapat memahami dan melakukan sesuatu yang tepat dengan kondisi
tersebut. Bayangkan jika tidak ada emosi, kita tidak tahu bahwa disekitar kita
ada orang yang sedih karena sesuatu hal yang terjadi dalam keadaan seperti itu
mungkin kita akan tertawa-tawa bahagia sehingga membuat seseorang yang sedang
bersedih merasa bahwa kita bersikap empati terhadapnya.
·
Pembawa pesan dalam
komunikasi intrapersonal dan interpersonal
·
Sumber informasi
tentang keberhasilan.
E. Area Otak yang Terkait Emosi dan Mekanisme Emosi
Pada awalnya,sistem
limbic-area otak depan yang mengelilingi hipotalamus-telah dianggap sebagai
area otak paling penting untuk emosi. Tepatnya dibagian amigdala. Di otak, bagian yang sangat berkenaan langsung dengan emosi adalah
amigdala. Sebagian besar korteks serebrum
beraksi terhadap situasi emosional.
Kontribusi belahan otak kiri dan kanan
Aktivitas belahan otak kiri terkait dengan lobus
frontal dan temporalnya berkaitan dengan sistem aktivasi perilaku seperti
kesenangan atau kemarahan. Peningkatan aktivitas lobus frontal dan temporal
belahan otak kanan diasosiasikan dengan sistem inhibisi atau tegang perilaku
yang meningkatkan perhatian dan pembangkitan, menghibsi tindakan, dan
menstimulasi emosi. Antara lain rasa takut dan muak. Belahan otak kanan lebih
responsif terhadap stimulus emosional daripada belahan otak kiri. Perbedaan
antarkedua belahan otak berkaitan dengan kepribadian. Secara rata-rata,
individu yang memiliki aktivitas korteks frontal lebih tinggi pada belahan otak
kiri cenderung lebih bahagia, mudah bergaul, dan lebih suka bersenang-senang.
Individu yang memiliki aktivitas korteks frontal lebih tinggi pada belahan otak
kanan cenderung lebih tertutup, tidak puas dengan hidup, dan lebih mudah
mengalami emosi yang tidak menyenangkan.
Credited by Presentation from class discussions Physiological Psychology
Tidak ada komentar:
Posting Komentar