1. Olfaktori
Sistem
olfaction (penciuman) dan sistem gustatory (pengecapan) disebut sebagai sensasi kimiawi karena
berfungsi untuk memonitor substansi-substansi kimiawi dari lingkungan diluar
tubuh.
Sistem
olfactory merespons subtansi kimiawi
yang ada diluar lingkungan dengan cara menghirup nafas melalui reseptor –
reseptor nasal, sedangkan sistem gustatory
merespons subtansi kimiawi yag terdapat dalam larutan yang berada dirongga
mulut.
Saat
makan, organ penciuman dan organ pengecapan saling berhubungan secara selaras
dalam bereaksi. Molekul – molekul makanan akan menstimulasi reseptor penciuman
dan pengecap yang akan menghasilkan kesan sensasi terintegrasi yang disebut
dengan rasa / flavor. Sehingga, bila seseorang mengalami hambatan dalam
organ penciumannya, maka akan mengalami
kesulitan untuk membedakan dua rasa yang berbeda, seperti rasa apel dan kentang
dan tidak bisa merasakan lezatnya
makanan.
Pada
manusia dan spesies tertentu ada yang melepaskan feromon (pheromones), yaitu bahan kimia yang memengaruhi fisiologi dan
perilaku conspecifis (anggota lain
dari spesies yang sama). Ada beberapa contoh dampak sugestif akibat pengaruh
dari adanya feromon pada manusia, diantaranya sebagai berikut :
1. Ensivitas
penciuman pada wanita lebih tinggi ketika mereka sedang berevolusi atau sedang
hamil.
2. Siklus
– siklus menstruasi pada wanita – wanita yang tinggal bersama cenderung
bersamaan.
3. Manusia
khususnya perempuan dapat menyebutkan jenis kelamin seseorang hanya dari bau
keringatnya.
4. Manusia
dapat mengetahui siklus menstruasi wanita hanya berdasarkan bau vaginanya.
5. Manusia
belajar mengembangkan aversi terkondisi terhadap rasa tertentu setelah
mengonsumsi makanan tertentu.
a.
Stimulus
Stimulus dalam sistem olfaktori berupa
bahan – bahan kimia yang terdapat dalam lingkungan yang terhirup saat bernafas.
Reseptor indra penciuman adalah hidung. Reseptor penerima bau terdiri dari
jutaan reseptor yang terletak dihidung bagian atas dalam jaringan tertutup
selaput lendir yang tidak dilalui udara yang disebut olfactory mucosa. Selaput
lendir berfungsi untuk melembabkan uadara.
b.
Anatomi
dan mekanisme sistem olfactory
Sistem
olfactory terdiri dari dendrit – dendrit yang terletak di saluran – saluran
pernafasan dan akson – aksonnya melalui suatu bagian ditulang tengkorak (cribriform plate) yang kemudian masuk ke
olfactory bulbs lalu bersinaps dengan
neuron – neuron lainnya yang akan diproyeksikan melewati traktus olfactory
menuju otak.
Setiap
saluran olfactory akan berproyeksi ke beberapa struktur lobus temporal medial
termasuk amigdala dan korteks piriform (dekat dengan amigdala). Sistem
olfactory adalah satu – satunya sistem sensori yang jalur utama keotaknya tidak
harus melalui talamus.
Dalam sistem olfactory,
terdapat dua jalur menuju otak, yaitu :
1. Dari
daerah piriform – amigdala berproyeksi menyebar ke sistem limbik.
2. Dari
daerah piriform – amigdala brproyeksi melalui nuklei dorsal medial thalamus ke korteks orbitofrontal (daerah
korteks di permukaan inferior lobus frontal disebelah orbits atau lekuk mata).
Kepekaan penciuman manusia lebih rendah
dibandingkan dengan kepekaan penciuman anjing bahkan anjing lebih peka 10.000
kali dari manusia. Daerah indra penciumannya
4-6 kali lebih halus dari manusia. Padahal anjing otaknya lebih kecil.
Hal ini karena sel reseptor penciuman pada anjing lebih banyak dan bagian otak
yang mengaturnya juga lebih banyak. Selain itu, anjing bisa berkonsentrasi
lebih lama mencium bau dibandingkan manusia.
Kemampuan membaui makhluk hidup bergantung
pada hal – hal berikut ini :
a. Susunan
rongga hidung, tempat reseptor pembau pada setiap orang berbeda bentuknya.
Contohnya : pada orang yang berhidung mancung akan lebih luas daripada yang
berhidung pesek.
b. Variasi
fisiologis contohnya pada wanita saat sebelum menstruasi atau pada saat hamil
muda akan menjadi sangat peka.
c. Spesies,
pada spesies tertentu yang kemampuan survivalnya bergantung pada pembauan akan
memiliki indra pembau yang lebih peka. Contohnya pada anjing.
d. Besarnya
konsentrasi dari substansi yang berbau. Misalnya skatol (bau busuk yang
terdapat pada kotoran atau faeces) memiliki konsentrasi yang kuat karena
memiliki kemampuan menguap yang tinggi. Bila konsentrasinya kuat, maka baunya
busuk, sebaliknya bila konsentrasinya rendah akan menimbulkan bau yang berbeda.
Contohnya, pada bunga yang mengandung skatol dalam konsentrasi yang rendah
malah akan menimbulkan bau harum.
Kerusakan pada
sistem olfactory salah satunya adalah anosmania,
yaitu ketidakmampuan untuk mencium bau. Hal ini bisa disebabkan karena
pertambahan usia. Berdasarkan penelitian usia 80 tahun keatas 50% menderita
anosmania. Selain itu, bisa disebabkan faktor neurologis yang terjadinya
benturan dikepala yang menyebabkan perubahan otak dalam tengkorak dan memotong
saraf-saraf olfaktori yang melalui ciribform plate. Defisit sistem
olfaktori bisa dialami oleh orang – orang yang mengalami gangguan neurologis,
seperti penyakit alzheimer, sindroma
down, epilepsi, parkinson, multiple sclerosis, sindroma korsakoff.
Somatosensory adalah sensasi-sensasi dari badan dan pergerakannya.
Sedangkan Sistem somatosensorik adalah
sistem yang memediasi sensasi badaniah.
Stimulus yang direspon oleh sistem somatosensorik adalah : sentuhan
pembeda (yang mengenali bentuk sebuah objek), tekanan kuat, dingin, hangat.
Nyeri, gatal, geli, posisi serta
pergerakan sendi.
Sistem somatosensory bergantung pada beragam reseptor yang
sensitive terhadap stimulasi yang berbeda pada kulit dan jaringan internal.
Otak mempertahankan beberapa perwakilan somatosensorik tubuh yang parallel.
Stimulus berupa luka mengeksitasi reseptor nyeri yang merupakan ujung saraf
yang tidak bercabang. Beberapa reseptor nyeri juga memberikan respon terhadap
panas, asam, panas dan kapsaisin (senyawa kimia yang menyebabkan cabai terasa
pedas).
4. Reseptor somatosensorik dan fungsinya
Reseptor
|
Lokasi
|
Merespon
|
Ujung saraf
bebas (akson yang tidak bermielin atau tipis)
|
Pangkal
rambut dan beberapa lokasi lain didalam kulit
|
Nyeri, hangat
dan dingin
|
Reseptor
folikel rambut
|
Kulit yang
ditumbuhi rambut
|
Pergerakan
rambut
|
Korpuskula
pacini
|
Kulit yang
ditumbuhi rambut dan yang tidak berambut
|
Perubahan
posisi kulit secara mendadak atau getaran berfrekuensi tinggi
|
Korkuskula
meissner
|
Kulit tak
berambut
|
Perubahan
posisi kulit secara mendadak atau getaran berfrekuensi rendah( geletar)
|
Lempeng
merkel
|
Kulit yang
ditumbuhi rambut dan yang tidak berambut
|
Sentuhan
berarah pada kulit
|
Ujung saraf
ruffini
|
Kulit yang
ditumbuhi rambut dan yang tidak berambut
|
Peregangan
kulit
|
Bonggol
Krause
|
Sebagian
besar atau seluruhnya terletak pada kulit yang tidak berambut, mungkin
termasuk kulit kelamin
|
Belum
diketahui dengan pasti
|
5. Anatomi kulit
Lapisan Kulit terdiri dari :
a.
Epidermis
Merupakan
lapisan kulit bagian luar yang
mengandung melanin dan pigmen
b.
Dermis
Merupakan
lapisan kulit bagian dalam yang mengandung akhiran syaraf, kelenjar keringat,
kelenjar keringat dan folikel rambut
c.
Hypodermis
Merupakan
jaringan langgar dibawah lapisan dermis sering disebut dengan lapisan lemak
6. Mekanisme somatosensorik
a.
Badan paccini
menterjemahkan stimulus tekanan menjadi sinyal listrik.
b.
Informasi dari
reseptor sentuhan kepala kebawah masuk kekarda spinalis menuju otak melalui
dermatome (area kulit yang terhubung dengan syaraf sensorik di korda spinalis).
c.
Area pada thalamus somatosensorik mengirimkan
implus pada korteks somatosensorik utama dilobus parietal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar