Kamis, 08 Oktober 2015

Sistem Olfaktori dan Somatosensori


1.  Olfaktori
Sistem olfaction  (penciuman) dan sistem gustatory (pengecapan) disebut sebagai sensasi kimiawi karena berfungsi untuk memonitor substansi-substansi kimiawi dari lingkungan diluar tubuh.
Sistem olfactory merespons subtansi kimiawi yang ada diluar lingkungan dengan cara menghirup nafas melalui reseptor – reseptor nasal, sedangkan sistem gustatory merespons subtansi kimiawi yag terdapat dalam larutan yang berada dirongga mulut.
Saat makan, organ penciuman dan organ pengecapan saling berhubungan secara selaras dalam bereaksi. Molekul – molekul makanan akan menstimulasi reseptor penciuman dan pengecap yang akan menghasilkan kesan sensasi terintegrasi yang disebut dengan rasa / flavor. Sehingga, bila seseorang mengalami hambatan dalam organ  penciumannya, maka akan mengalami kesulitan untuk membedakan dua rasa yang berbeda, seperti rasa apel dan kentang dan tidak bisa merasakan  lezatnya makanan.
Pada manusia dan spesies tertentu ada yang melepaskan feromon (pheromones), yaitu bahan kimia yang memengaruhi fisiologi dan perilaku conspecifis (anggota lain dari spesies yang sama). Ada beberapa contoh dampak sugestif akibat pengaruh dari adanya feromon pada manusia, diantaranya sebagai berikut :
1.      Ensivitas penciuman pada wanita lebih tinggi ketika mereka sedang berevolusi atau sedang hamil.
2.      Siklus – siklus menstruasi pada wanita – wanita yang tinggal bersama cenderung bersamaan.
3.      Manusia khususnya perempuan dapat menyebutkan jenis kelamin seseorang hanya dari bau keringatnya.
4.      Manusia dapat mengetahui siklus menstruasi wanita hanya berdasarkan bau vaginanya.
5.      Manusia belajar mengembangkan aversi terkondisi terhadap rasa tertentu setelah mengonsumsi makanan tertentu.
 2.  Sistem olfaktory
a.      Stimulus
Stimulus dalam sistem olfaktori berupa bahan – bahan kimia yang terdapat dalam lingkungan yang terhirup saat bernafas. Reseptor indra penciuman adalah hidung. Reseptor penerima bau terdiri dari jutaan reseptor yang terletak dihidung bagian atas dalam jaringan tertutup selaput lendir yang tidak dilalui udara yang disebut olfactory mucosa. Selaput lendir berfungsi untuk melembabkan uadara.
b.      Anatomi dan mekanisme sistem olfactory

Sistem olfactory terdiri dari dendrit – dendrit yang terletak di saluran – saluran pernafasan dan akson – aksonnya melalui suatu bagian ditulang tengkorak (cribriform plate) yang kemudian masuk ke olfactory bulbs lalu bersinaps dengan neuron – neuron lainnya yang akan diproyeksikan melewati traktus olfactory menuju otak.

Setiap saluran olfactory akan berproyeksi ke beberapa struktur lobus temporal medial termasuk amigdala dan korteks piriform (dekat dengan amigdala). Sistem olfactory adalah satu – satunya sistem sensori yang jalur utama keotaknya tidak harus melalui talamus.
Dalam sistem olfactory, terdapat dua jalur menuju otak, yaitu :
1.      Dari daerah piriform – amigdala berproyeksi menyebar ke sistem limbik.
2.      Dari daerah piriform – amigdala brproyeksi melalui nuklei dorsal medial thalamus ke korteks orbitofrontal (daerah korteks di permukaan inferior lobus frontal disebelah orbits atau lekuk mata).
Kepekaan penciuman manusia lebih rendah dibandingkan dengan kepekaan penciuman anjing bahkan anjing lebih peka 10.000 kali dari manusia. Daerah indra penciumannya  4-6 kali lebih halus dari manusia. Padahal anjing otaknya lebih kecil. Hal ini karena sel reseptor penciuman pada anjing lebih banyak dan bagian otak yang mengaturnya juga lebih banyak. Selain itu, anjing bisa berkonsentrasi lebih lama mencium bau dibandingkan manusia.
Kemampuan membaui makhluk hidup bergantung pada hal – hal berikut ini :
a.       Susunan rongga hidung, tempat reseptor pembau pada setiap orang berbeda bentuknya. Contohnya : pada orang yang berhidung mancung akan lebih luas daripada yang berhidung pesek.
b.      Variasi fisiologis contohnya pada wanita saat sebelum menstruasi atau pada saat hamil muda akan menjadi sangat peka.
c.       Spesies, pada spesies tertentu yang kemampuan survivalnya bergantung pada pembauan akan memiliki indra pembau yang lebih peka. Contohnya pada anjing.
d.      Besarnya konsentrasi dari substansi yang berbau. Misalnya skatol  (bau busuk yang terdapat pada kotoran atau faeces) memiliki konsentrasi yang kuat karena memiliki kemampuan menguap yang tinggi. Bila konsentrasinya kuat, maka baunya busuk, sebaliknya bila konsentrasinya rendah akan menimbulkan bau yang berbeda. Contohnya, pada bunga yang mengandung skatol dalam konsentrasi yang rendah malah akan menimbulkan bau harum.
 c.       Kerusakan pada sistem olfactory

Kerusakan pada sistem olfactory salah satunya adalah anosmania, yaitu ketidakmampuan untuk mencium bau. Hal ini bisa disebabkan karena pertambahan usia. Berdasarkan penelitian usia 80 tahun keatas 50% menderita anosmania. Selain itu, bisa disebabkan faktor neurologis yang terjadinya benturan dikepala yang menyebabkan perubahan otak dalam tengkorak dan memotong saraf-saraf olfaktori yang melalui ciribform plate. Defisit sistem olfaktori bisa dialami oleh orang – orang yang mengalami gangguan neurologis, seperti penyakit alzheimer, sindroma down, epilepsi, parkinson, multiple sclerosis, sindroma korsakoff.
 3. Sistem Somatosensorik
Somatosensory adalah sensasi-sensasi dari badan dan pergerakannya. Sedangkan Sistem  somatosensorik adalah sistem yang memediasi sensasi badaniah.  Stimulus yang direspon oleh sistem somatosensorik adalah : sentuhan pembeda (yang mengenali bentuk sebuah objek), tekanan kuat, dingin, hangat. Nyeri, gatal, geli,  posisi serta pergerakan sendi.
Sistem somatosensory bergantung pada beragam reseptor yang sensitive terhadap stimulasi yang berbeda pada kulit dan jaringan internal. Otak mempertahankan beberapa perwakilan somatosensorik tubuh yang parallel. Stimulus berupa luka mengeksitasi reseptor nyeri yang merupakan ujung saraf yang tidak bercabang. Beberapa reseptor nyeri juga memberikan respon terhadap panas, asam, panas dan kapsaisin (senyawa kimia yang menyebabkan cabai terasa pedas).

4. Reseptor somatosensorik dan fungsinya
Reseptor
Lokasi
Merespon
Ujung saraf bebas (akson yang tidak bermielin atau tipis)
Pangkal rambut dan beberapa lokasi lain didalam kulit
Nyeri, hangat dan dingin
Reseptor folikel rambut
Kulit yang ditumbuhi rambut
Pergerakan rambut
Korpuskula pacini
Kulit yang ditumbuhi rambut dan yang tidak berambut
Perubahan posisi kulit secara mendadak atau getaran berfrekuensi tinggi
Korkuskula meissner
Kulit tak berambut
Perubahan posisi kulit secara mendadak atau getaran berfrekuensi rendah( geletar)
Lempeng merkel
Kulit yang ditumbuhi rambut dan yang tidak berambut
Sentuhan berarah pada kulit
Ujung saraf ruffini
Kulit yang ditumbuhi rambut dan yang tidak berambut
Peregangan kulit
Bonggol Krause
Sebagian besar atau seluruhnya terletak pada kulit yang tidak berambut, mungkin termasuk kulit kelamin
Belum diketahui dengan pasti



5. Anatomi kulit
Lapisan Kulit terdiri dari :
a.       Epidermis
Merupakan lapisan kulit  bagian luar yang mengandung melanin dan pigmen
b.      Dermis
Merupakan lapisan kulit bagian dalam yang mengandung akhiran syaraf, kelenjar keringat, kelenjar keringat dan folikel rambut
c.       Hypodermis
Merupakan jaringan langgar dibawah lapisan dermis sering disebut dengan lapisan lemak

6. Mekanisme somatosensorik
a.       Badan paccini menterjemahkan stimulus tekanan menjadi sinyal listrik.
b.      Informasi dari reseptor sentuhan kepala kebawah masuk kekarda spinalis menuju otak melalui dermatome (area kulit yang terhubung dengan syaraf sensorik di korda spinalis).
c.        Area pada thalamus somatosensorik mengirimkan implus pada korteks somatosensorik utama dilobus parietal.


Tidak ada komentar: