Kim berdiri di depan sebuah rumah bergaya Mediteranian. Atapnya yang merah mulai memutih tertutup salju. Matanya tak berkedip menatap kursi santai di bagian terasnya. Butiran salju meluncur satu-persatu, mengenai wajahnya. Pipinya merona merah. Ini kali ketiganya Kimberly kembali kerumah ini. rumah masa kecilnya. asap bulat-bulat keluar dari mulutnya saat ia berhembus. Menandakan betapa dinginnya udara siang itu. kim merapatkan jaket yang membalut tubuhnya.
“Kim, ayo masuk” Seorang lelaki dari dalam rumah memanggilnya
“Iya Opa”
“Hush-hush, pergi George. Jangan mendekati Kim” Pria itu mengusir anjingnya, saat kim memasuki rumah
“George tampak sehat sekali Opa”
“Tentu, Opa merawatnya dengan baik bukan?”
“Aku senang bisa berkunjung ke sini”
“Kau tetep cucu Opa, marilah duduk bersama Opa”
“Hawa di sini dingin sekali, Opa”
“Habiskanlah sup itu Kim, untuk menghangatkan badanmu”
Kim menyesap sup yang masih mengepul sedikit demi sedikit. Rasanya tak jauh beda dengan sup buatan Oma. Gadis itu mendesah saat mengingat Oma. Wanita yang merawatnya sejak bayi. Semenjak Ayah dan Ibunya meninggal. Oma yang masih energik membersihkan rumah serta mengajak Kim bermain. Oma yang menjerit panik saat Kim berlarian mengejar George. Oma yang membacakan dongeng sebelum tidur kepadanya setiap malam. Oma yang akan mengecup keningnya saat ia terlelap. Kim sangat menyayangi Oma.
“Oma bagaimana kabarnya, Opa?” Lidahnya kelu saat menanyakan itu
“Oma baik-baik saja. Kim tak perlu khawatir”
“Tapi Kim merasa sangat bersalah, Opa”
“Tidak usah seperti itu. Oma pasti sembuh”
“Kim ingin menjenguk Oma”
“Sebaiknya, tidak dengan tudung di kepalamu, Kim”
Kim merunduk dalam. Menekuri ujung jilbabnya. Oma yang sangat disayanginya melarang ia mengenakan jilbab ini. Kim ingin berbakti kepada Ibunya. Kim ingin seperti Ibu yang dulu juga mengenakan jilbab. Namun karena Oma menentangnya, sampai akhirnya Ibu harus mengalami kecelakaan dalam pelariannya bersama Ayah karena mempertahankan jilbabnya.
Saat itu, Oma masih bisa memaafkan Ibu dengan merawat Kim sebagai cucu satu-satunya. Tapi saat Kim juga seperti Ibunya, menutup seluruh tubuhnya dengan tudung yang menjadi hal tabu bagi warga desa. Oma menjadi stress dan masuk rumah sakit jiwa. Ia takut kehilangan Cucunya, seperti Ia kehilangan Putri semata wayangnya.
21 komentar:
Heuheu.. sedih inii... :(
T.T
Jadi inget pertama kali pakai jilbab, Mama sempat komentar ga enak.. Tapi kalau sekarang udeh engga, karena saya juga udeh emak2.. hehe
oalaah ini namanya over protected hehe...
ide keren mba...dan endingnya ngetwist :D
idenya keren! kalo diutak atik lagi kayaknya bakal lebih keren lagi :)
ooww....hati Oma-nya bersalju?? Hihi :D
Oya, suka deh sama layout blognya! Bagus! ^^b
hiks hiks...
jangan sedih mbak...
heheeii
good..
selamat jadi muslimah sejati ya mak...
salute tuk mak novia... semoga menjadi muslimah yang kaffah wal istiqomah...
kita berjuang sama-sama mak... :)
makasiy mas ronal.. :)
siiipppp...
tapi tapi tapiiii....
otakku stuck segini ajah mba...
huhuhu
masih belajar mba...
ini aja butuh keberanian banyak untuk nuangin idenya dalam tulisan... :)
hihihi
ini judul muncul setelah aku corat-coret cerita dn di post ke blog...
nyambung nggak nyambung jadinya nih judul terkesan maksain juga ya mba... :)
Ah, ini seperti kisah nyata. :'(
bagus..
hihihihihi iyyaa, pokoknya tetep semangat2 ^_^
hiks... butuh tissue..
tengkyuuu... :)
jd ingetv 3 thn lalu pke jilbab ;p kereeen
Ceritanya sedih. Tapi endingnya terlalu tell :D
Semangat kakak.... ^_^
makasih mba... :)
hehehe... iya mba bingung menentukan endingnya... :)
hmmmmmm...
1. Tanda baca, dan huruf kapitalnya ya. Coba dibaca lagi di blog MFF di bagian Kebahasaan. Kayaknya udah dibahas semua sama Pak Guru.
2. Sepertinya ada beberapa bagian, yang kalau dihilangkan, ga akan mempengaruhi cerita. Jadi intinya, masih belum padat.
3. Endingnya bisa sama, tapi ambil dari sudut pandang yang lain. Maksudnya supaya ga terlalu telling itu.
Keep writing ya ^_^
Posting Komentar