dinginnya malam
menggigit tulang dalam balutan kulit dan sarung kotak-kotak pemberianmu yang
melingkari punggungku, nyaris tersedak kuseruput kopi pahit sisa bapak tadi
sore, dingin dan beku dengan gemigil meretuk gigi.
ku dengar suara lembut Ibu memanggilku
ku dengar suara lembut Ibu memanggilku
"Le, masuk" sekalilagi ku
rapatkan sarung tipis menutupi tubuhku.
kudekap erat lutut menempeli dada
berharap pedih yang bergejolak hilang seketika. Menyakitkan saat hati yang
kuharapkan meninggalkanku dalam kesendirian, ia yang pergi menjauh karna orang
lain.
Lagipula status sosial kita berbeda, perbedaan kita terlalu jauh saat sore tadi kau pergi bersama mercy hitam mengkilap yang meninggalkan pekarangan rumahku, menatap bangunan dibelakangmu bagai gubuk reyot penuh debu. jelaga yang tak pernah tersentuh.
Aku tak pernah menyangka akan sesakit ini saat kehilanganmu, padahal dulu kau yang meyakinkan semuanya akan indah bila kita bersama. ku seka sebutir air mata yang meluncur dipipiku.
Lagipula status sosial kita berbeda, perbedaan kita terlalu jauh saat sore tadi kau pergi bersama mercy hitam mengkilap yang meninggalkan pekarangan rumahku, menatap bangunan dibelakangmu bagai gubuk reyot penuh debu. jelaga yang tak pernah tersentuh.
Aku tak pernah menyangka akan sesakit ini saat kehilanganmu, padahal dulu kau yang meyakinkan semuanya akan indah bila kita bersama. ku seka sebutir air mata yang meluncur dipipiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar