credit: Dok pribadi RinRin Indrianie
Sepagi ini Widiya beberes warungnya yang menempel di bagian depan rumahnya. Bangku panjang di balikkannya. Meja dilap bersih. Terletak di pinggir jalan, warung ini terlihat mencolok dengan aneka makanan ringan menggantung di sisinya. Mentari belum menunjukkan sinarnya. Perempuan ayu berambut keriting ikal itu mengomel manggil-manggil anak dan suaminya.
“Pak,
bangun. Udah siang begini kok ndak juga berangkat” Pak Kilmin hanya ngulet
diteriaki istrinya. Warung ini hanya di sekat tembok dengan kamar mereka.
“Le,
ayo bangun toh. Ketinggalan sekolah nanti kamu”
“Heeeeeehhhh”
Anak semata wayangnya hanya menggumam sambil mengambil handuk dan berjalan
sempoyongan menuju kamar mandi.
Setelah
selesai membersihkan warungnya, Widiya, perempuan bertubuh gempal itu beralih
ke dapur. Biasanya yang bertugas menjaga suaminya. Tapi entahlah, mungkin
karena kejadian semalam sampai membuatnya lelah seperti itu. Hangatnya
mentari menghangatkan sisa-sisa embun yang basah. Pelanggan setia warung Widiya
sudah mulai antre untuk menikmati santap sarapan mereka. Di warung itu ia tak
hanya menjual makanan ringan, tetapi juga nasi uduk, gorengan, lontong dan
berbagai minuman.
“Selamat pagi, benar ini rumahnya warungnya Ibu Widiya ?”
Tiba-tiba seseorang berpakaian Polisi menghampiri warungnya.
Semua yang
di warung serentak menoleh ke arah Pak Polisi. kumisnya yang tebal membuat ciut
para pelanggan.
Dengan tubuh bergetar suami Widiya menghampiri Polisi bertubuh tegap itu.
Dengan tubuh bergetar suami Widiya menghampiri Polisi bertubuh tegap itu.
“I-iy-iya,
pak. Betul ini warung istri saya, Widiya”
“Kami
meminta saksi atas kejadian semalam. Siapa di antara kalian yang berada di sini
malam tadi ?” Seorang Polisi lain mengeluarkan secarik kertas dan pulpen.
“Ha-han-hanya
saya, Istri dan anak kami Pak” Jawabnya takut
“Baiklah.
Kami minta Bapak ikut ke kantor. Nanti akan kami jelaskan duduk permasalahannya
di sana. Sekaligus bertemu dengan lelaki yang semalam” Jawab Polisi tegas.
Kemudian Pak Kilmin diajak menaiki mobilnya.
Kemudian Pak Kilmin diajak menaiki mobilnya.
Sesampainya
di kantor polisi, Pak Kilmin dipertemukan dengan seorang lelaki tua. Tubuhnya tidak
terlalu renta untuk orang seusianya. Dari guratan matanya Ia merasa kenal
dengan pria itu. Kekagetan jelas tersirat di wajahnya. Sepertiga wajah lelaki
tua tersebut menurun pada gennya. Sungguh Ia tak menyangka akan bertemu dengan
Ayah kandungnya. Sepuluh tahun lamanya ia berpisah dengan ayahnya.
“A-ay-ayah,
benarkah ?” tergagap dihampirinya sang ayah yang tertunduk di balik jeruji
besi.
“Maafkan
Ayah, Nak” suaranya tenggelam di tengah riuh ramai kantor polisi.
“Kenapa
Ayah masih melakukan hal nista ini ?” suaranya bergetar menahan tangis yang
bergemuruh di hatinya.
“Ayah
terpaksa nak, hidup di Kota besar tidak seenak di kampung dulu. Tapi Ayah tak
tahu jika warung itu milikmu. Ayah diajak teman untuk merampok”
Tangan keriputnya menggenggam lengan Kilmin. Ia tak ingin kehilangan buah hatinya. Cukup sepuluh tahun Ia mencari Kilmin di tengah Ibu Kota yang kejam. Pontang-panting Lelaki tua itu menghidupi dirinya seorang diri, sekedar untuk menyambung makan, bertahan hidup.
Tangan keriputnya menggenggam lengan Kilmin. Ia tak ingin kehilangan buah hatinya. Cukup sepuluh tahun Ia mencari Kilmin di tengah Ibu Kota yang kejam. Pontang-panting Lelaki tua itu menghidupi dirinya seorang diri, sekedar untuk menyambung makan, bertahan hidup.
18 komentar:
hidup memang susyah ya ayahhh
terimakasih ya mba Hana sudah menjadi pelanggan pertama di warung blog saya... xixi
silahkan di cicipi camilannya...
meskipun susah, tapi jangan sampai seperti bapak tua ya mba... :D
Menurut saya yang juga masih belajar FF ini *sok bijak :D* ini sudah ada twistnya, tapi masih banyak sampirannya. Hehhe.. maaf ya kalau komennya salah.. salam kenal, Mbak :)
waah, mbak diah komennya skrg jg tmbh jago :D. oiya, apa ayahnya tau kalo yg dirampok itu warung anaknya? kok kayaknya gak kaget ya tau anaknya disana :). tambahan: kyknya klo dpakein poV beda part awal dan akhir akan lebih nampol. wah, komenanku ternyata panjangnya ngalah2i rel kreta api -__-
oalaaah rumah anak sendiri ternyata yg dirampok hehe
bagus mba FF nya :D
mba na, terimakasih yaa sudah mengomentari FF saya. ini pertama kalinya saya ikutan Prompt #MFF.... :)
oiyaa ya, adegan yang ayahnya kaget juga kurang digambarkan ya mba. wah, saya masih harus belajar banyaak istilah nii.. beberapa saya msh kurang ngerti mba ... :)
terimakasih mba diah sudah berkenan mampir di lapak saya... :)
Alhamdulillah tulisannya berkenan di baca.. misal sampirannya spt kalimat yang mana ya mba...
mas ronal terimakasih sudah mampirrr.... :)
Masih ada sampiran ini kyknya mbak, butuh di pangkas :D
contoh sampirannya yang seperti apa ya mba....
*mav saya ga tahu
waaah, selamat menikmati jedhug2nya nulis en dikomenin yaaa. gak boleh kapok, semangat2 ;)
halo mbak.. kenalan dulu lah.. baru masuk warungnya :D
aq gk komen mslh twist komen atasku udah ksi saran yg toooop..
hanya kasih saran mbak, tulisannya di ksi jarak mbk (enter dikitlah), biar rapih dan sedap dipndang, dan mata saya agak siwer :)))
kenapa tulisannya menjorok gitu ya mbak? kan bukan paragraf baru, eh bener gak sih? typo ya klo saya salah, krn hampir sama paragraf baru dng percakapan..
salam kenal juga dari saya mba.
terimakasih ya sudah mau mampir di warung ini.
oo gt ya mba. terims ya tips dn koreksinya. saya coba edit lagi nanti biar yg baca gag siwer.. hehehe
Tuhan mempertemukan dengan jalan yang tak terduga ya :D
pertemuan tak terduga ini :)
iya mba..
begitu juga jodoh, yg tak trduga datangnya..
hehehe
*nasib jomblo
iya mba...
Posting Komentar