Kamis, 14 Mei 2015

HEALTH BELIEF MODEL



PENGERTIAN HEALTH BELIEF MODEL

1.1 Sejarah Perkembangan Health Belief Model
Pada tahun 1950-an peneliti kesehatan publik di Amerika Serikat mulai mengembangkan suatu model yang memiliki target indikasi untuk program edukasi kesehatan. Penelitian ini dilakukan oleh sebuah kelompok ahli ilmu jiwa sosial di US. Pelayanan kesehatan masyarakat menjelaskan kegagalan yang tersebar luas dari keikutsertaan individu dalam program untuk pencegahan dan pendeteksian penyakit (Hochbaum 1958; Rosenstock 1966). Tapi, psikolog sosial di Amerika Serikat ini mendapati masalah dengan sedikitnya orang yang berpartisipasi dalam program pencegahan dan deteksi  penyakit.
Penelitian yang terus berkembang melahirkan model kepercayaan kesehatan atau Health Belief Model. Irwin Rosenstock (1974) adalah tokoh yang mencetuskan Health Belief Model untuk pertama kali bersama Godfrey Hochbaum (1958). Mereka mengembangkannya dengan mengemukaan kerentanan yang dirasakan untuk penyakit TBC. Stephen Kegels (1963) menunjukkan hal yang serupa mengenai kerentanan yang dirasakan untuk masalah gigi yang parah dan perhatian untuk mengunjungi dokter gigi menjadi tindakan prefentif sebagai salah satu solusi masalah gigi. Kemudian model ini menyampaikan tentang respon orang untuk berbagai gejala dan tingkah laku mereka sebagai respons untuk mendiagnosa penyakit, dengan factor-faktor yang adheren untuk aturan hidup dalam kedokteran (Becker, 1974). Pada umumnya, sekarang timbul kepercayaan/ keyakinan bahwa orang lebih memilih tindakan pencegahan, perlindungan atau untuk mengontrol keadaan sakit dan sehat.

Teori Health Belief Model ini didasari oleh teori Kurt Lewin. Conner: 2003 dalam bukunya menuliskan bahwa hubungan antara prinsip hidup sehat yang benar dengan perilaku sehat ini mengikuti terminologi konsep Lewin (1951) mengenai valensi yang menyumbangkan bahwa perilaku dapat berubah lebih atraktif atau kurang atraktif sebagai teori yang menjelaskan perilaku pencegahan penyakit atau preventif behavior.

1.2 Definisi Health Belief Model

Dewasa ini banyak ditemui berbagai macam penyakit yang tidak diketahui sebabnya. Masyarakat merasa sehat namun pada dasarnya jiwanya sakit. Konsep asli yang mendasari HBM adalah bahwa perilaku kesehatan ditentukan oleh keyakinan pribadi atau persepsi tentang penyakit dan strategi yang tersedia untuk mengurangi terjadinya penyakit (Hochbaum, 1958). Persepsi pribadi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan intrapersonal.

Ada dua orang gadis belia mengalami kecelakaan yang menyebabkan sama-sama cedera pada engkel kaki, keduanya masuk berbarengan di instalasi gawat darurat mendapatkan penanganan yang sama serta perlakuan yang hampir berbarengan. Seminggu kemudian salah satu dari mereka lebih dulu diijinkan pulang sedangkan yang satu masih disarankan menginap untuk mendapat perawatan, tekanan darah yang telalu rendah serta kadar Ph dan HB dalam tubuh yang belum stabil. Dari peristiwa diatas dapat dilihat bagaimana perbedaan keduanya dalam meyakini kesembuhan untuk dirinya.

Health Belief Model dipakai dalam penelitian mengenai berbagai macam penyakit seperti gangguan tidur Kesulitan bernafas Saat tidur (Abraham & Sheeran, 2005; Sage, Southcott, & Brown, 2001) dependent non-insulin pada penderita Diabetes Mellitus (NIDDM; Bond, Aiken, & Somerville, 1992; Brownlee-Dffeck dkk., 1987; Harris & Linn, 1985; Wdowik, Kendall, Harris, & Auld, 2001). Hal ini meliputi self-efikasi, intensitas menuruti saran pengobatan, sikap dan motivasi (Abraham & Sheeran, 2005; Ajzen & Fishbein, 1980; Brewer, Chapman, Brownlee, & Leventhal, 2002; Miller, Wikoff, & Hiatt, 1992; Miller, Booraem, Flowers, & Iversen, 1990).

Health belief model dapat dihipotesiskan dengan tindakan yang berhubungan dengan kesehatan, kesemuanya  ini tergantung atas terjadinya factor motivasi yang cukup mengenai isu penting yang relevan mengenai kesehatan, suatu kondisi yang diyakini individu terhadap suatu penyakit atau kondisi tertentu yang dianggap sebagai ancaman, serta keyakinan individu dalam mengikuti rekomendasi kesehatan yang bermanfaat baginya dalam mengurangi ancaman dan dengan biaya yang subjective. (Irwin, Vector & Marshall, 1988)

Teori Health Belief Model didasarkan pada pemahaman bahwa seseorang akan mengambil tindakan yang akan berhubungan dengan kesehatan. Teori ini dituangkan dalam enam segi pemikiran dalam diri individu, yang mempengaruhi upaya dalam diri individu untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya, yaitu, perceived susceptibility (kerentanan yang dirasakan/ diketahui), perceived severity (bahaya/ kesakitan yang dirasakan), perceived benefit of action (manfaat yang dirasakan dari tindakan yang diambil), perceived barrier to action (hambatan yang dirasakan akan tindakan yang diambil), cues to action (isyarat untuk melakukan tindakan). Hal tersebut dilakukan dengan tujuan self efficacy atau upaya diri sendiri untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya.
ke-enam komponen Health Belief Model tersebut ialah :
Perceived Susceptibility (Merasa rentan), Perceived Susceptibility adalah kepercayaan seseorang dengan menganggap dirinya menderita penyakit adalah hasil dari melakukan perilaku terentu. Perceived susceptibility juga diartikan sebagai perceived vulnerability yang berarti kerentanan yang dirasakan yang merujuk pada kemungkinan seseorang dapat terkena suatu penyakit. Perceived susceptibility ini memiliki hubungan positif dengan perilaku sehat. Jika persepsi kerentanan terhadap penyakit tinggi maka perilaku sehat yang dilakukan seseorang juga tinggi.
Perceived Severity (Merasa berat), Perceived Severity adalah Kepercayaan seseorang tentang kondisi bagaimana menyebarnya suatu penyakit serius dan seberapa berbahayanya penyakit sehingga menghindari perilaku tidak sehat agar tidak sakit. Hal ini berarti perceived severity berprinsip pada persepsi keparahan yang akan diterima individu. Perceived severity juga memiliki hubungan yang positif denga perilaku sehat. Jika persepsi keparahan individu tinggi maka ia akan berperilaku sehat.
Perceived Benefits (Merasakan manfaat), Perceived Benefits adalah kepercayaan terhadap kemanjuran/keampuhan dari metode yang disarankan untuk mengurangi resiko penyakit dari dampak yang serius. Perceived benefits secara ringkas berarti persepsi keuntungan yang memiliki hubungan positif dengan perilaku sehat. Individu yang sadar akan keuntungan deteksi dini penyakit akan terus melakukan perilaku sehat seperti Medical Check Up rutin.
Perceived Barriers (Merasakan rintangan), Perceived barriers adalah kepercayaan seseorang tentang kenyataan mengenai harga dari perilaku yang dilakukan. Perceived barriers secara singkat berarti persepsi hambatan atau persepsi menurunnya kenyamanan saat meninggalkan perilaku tidak sehat. Hubungan Perceived barriers dengan perilaku sehat adalah negatif. Jika persepsi hambatan terhadap perilaku sehat tinggi maka periaku sehat tidak akan dilakukan.
Cues to Action (Pedoman untuk bertindak), Cues to action adalah strategi untuk memacu “Keadaan Siap” seseorang dalam mempercepat tindakan yang membuat seseorang merasa butuh mengambil tindakan atau melakukan tindakan nyata untuk melakukan perilaku sehat. Cues to action juga berarti dukungan atau dorongan dari lingkungan terhadap individu yang melakukan perilaku sehat. Berupa saran dokter atau rekomendasi yang telah ditemukan.
Self Efficacy  (Kemampuan Diri), Self Efficacy ialah kepercayaan seseorang terhadap kemampuan dirinya sendiri. Self Efficacy berguna dalam menjaga proteksi kesehatan.  Hal ini senada dengan pendapat  Rotter (1966) dan Wallston mengenai teori self-efficacy oleh Bandura yang penting sebagai kontrol dari faktor-faktor perilaku sehat. Self Efficacy adalah kepercayaan seseorang mengenai kemampuannya untuk mempersuasi keadaan atau merasa percaya diri dengan perilaku sehat yang dilakukan. Self efficcay dibagi menjadi dua yaitu outcome expectancy seperti menerima respon yang baik dan outcome value seperti menerima nilai sosial

Dalam teori Health Belief Model terdapat beberapa factor berupa kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil resiko kesehatan, adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku dan perilaku itu sendiri. Ketiga faktor ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap penyakit, adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku dapat memberikan keuntungan, penilaian individu terhadap perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba perilaku yang serupa.

Tidak ada komentar: