Senin, 12 Agustus 2013

Saat Hati menjadi Beku


Rio membelokkan mobilnya yang meluncur ke arah luar lingkar Jakarta. Sweeper di kaca depan berderit menyapu rinai hujan yang turun membasahi mobil. Rio membentuk bulatan pada kaca depannya. menghapus kabut yang mengembun. Udara dalam mobilnya membeku seiring hatinya yang biru.
“Halo, Pak. Bapak sedang dimana?” Suara di seberang sana terdengar panik dari Handsfree yang menyantel dikupingnya.
“Sedang di jalan. Ada apa?” pikiran Rio tenggelam pada hujan yang menghalangi jalannya.
“Aduh Pak, ada klien yang ingin bertemu bapak sekarang juga. Beliau Direktur perusahaan Mardiya Swasana. Sepertinya ada yang penting pak” Mulan sekretarisnya berusaha setenang mungkin menyampaikan berita ini.
“Biarkan saja” ujarnya cuek. Rio menghembuskan nafasnya berat dan mematikan sambungan telepon.
Pria itu mengusap wajahnya yang pias. Ia menggigit bibir bawahnya berusaha menghilangkan rasa bersalah dalam hatinya. Pikirannya kalut memikirkan Amira. Bagaimana mungkin ia bisa menerima kenyataan bahwa kekasihnya diambil orang lain.
“Aku akan menikah, Mas”
“Kamu serius, Honey” matanya tampak antusias.
“Iya Mas. Aku serius”
“Akhirnya” harapannya terkabul.
“Tapi….”
“Tapi apa Amira?”
“Tapi bukan dengan Mas”
“Apa??” seketika harapannya hancur, luruh bersama kepingan hatinya.
“Maafkan Aku, Mas” ucap wanita dihadapannya, lirih.
Sudah lama Rio menanti jawaban Amira atas pinangannya. Tapi wanita itu malah memberinya jawaban yang menyakitkan.
***
Surat kabar pagi ini dikejutkan dengan munculnya gossip yang menyebutkan Pengusaha MS melakukan perbudakan wanita dan berita kecelakaan maut di tol cipularang.


270 Words

Tidak ada komentar: