Rio membelokkan mobilnya yang meluncur ke arah luar lingkar
Jakarta. Sweeper di kaca depan berderit menyapu rinai hujan yang turun membasahi
mobil. Rio membentuk bulatan pada kaca depannya. menghapus kabut yang mengembun.
Udara dalam mobilnya membeku seiring hatinya yang biru.
“Halo, Pak. Bapak sedang dimana?” Suara di seberang sana terdengar panik
dari Handsfree yang menyantel dikupingnya.
“Sedang di jalan. Ada apa?” pikiran Rio tenggelam pada hujan yang
menghalangi jalannya.
“Aduh Pak, ada klien yang ingin bertemu bapak sekarang juga. Beliau
Direktur perusahaan Mardiya Swasana. Sepertinya ada yang penting pak” Mulan
sekretarisnya berusaha setenang mungkin menyampaikan berita ini.
“Biarkan saja” ujarnya cuek. Rio menghembuskan nafasnya berat dan
mematikan sambungan telepon.
Pria itu mengusap wajahnya yang pias. Ia menggigit bibir bawahnya
berusaha menghilangkan rasa bersalah dalam hatinya. Pikirannya kalut memikirkan
Amira. Bagaimana mungkin ia bisa menerima kenyataan bahwa kekasihnya diambil
orang lain.
“Aku akan menikah, Mas”
“Kamu serius, Honey” matanya tampak antusias.
“Iya Mas. Aku serius”
“Akhirnya” harapannya terkabul.
“Tapi….”
“Tapi apa Amira?”
“Tapi bukan dengan Mas”
“Apa??” seketika harapannya hancur, luruh bersama kepingan hatinya.
“Maafkan Aku, Mas” ucap wanita dihadapannya, lirih.
Sudah lama Rio menanti jawaban Amira atas pinangannya. Tapi wanita
itu malah memberinya jawaban yang menyakitkan.
***
Surat kabar pagi ini dikejutkan dengan munculnya gossip yang
menyebutkan Pengusaha MS melakukan perbudakan wanita dan berita kecelakaan maut
di tol cipularang.
270 Words
270 Words
Tidak ada komentar:
Posting Komentar