Lagian, ada-ada saja sih Fania. Main Game seharian suntuk dari pulang sekolah sampai malam, tak pernah bosan. Padahal ini masih game yang tingkat ecek-ecek, alias nggak butuh pemikiran yang berarti. Mungkin inilah evolusi permainan anak-anak cewek yang dulunya berupa rumah-rumahan, bongkar pasang, Barbie, dan main peran Ibu-Anak.
Uuhh, rasanya pengen narik-narik rambutnya yang ikal. Sudah satu jam Aku bengong ngeliatin Dia main game nggak mutu itu.
“Sabar ya Gus, bentaaarrr aja” nyadar juga daritadi dirinya di tungguin.
“He-eh, ampe jamuran juga gue tungguin” sahutku kesal.
“Oke oke, sedikiiittt lagi Gus” Aku melengos, sudah ribuan kali aku mendengar -sebentar lagi-sedikit lagi- kenapa nggak sekalian ‘sepuluh jam lagi ya Gus’. Biar Aku bulukan sekalian disini. Sebenarnya siapa sih yang menciptakan Game ini? Bikin sewot aja. Kalau nanti suatu hari bertemu sama yang bikin game sialan ini, pengin Aku bacok, biar kapok. Yang di tungguin malah tambah asyik lagi.
“Fan, jangan sampe gue cabut tipinya ya. Biar gue umpetin di gudang.belakang” Ancamku,
“Oke, sekarang lo mau ngapain?” Tanya Fania sembari membereskan PSnya.
“Ngerjain tugas Fan, emang lo udahan bikin tugas dari Pak Mukri?” kesal juga dari dua jam yang lalu di cuekin, eh, dia malah baru nyadar apa tujuanku datang kesini. Huuuuhhh, ingin rasanya menjitak rambut kuncir duanya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar