Sabtu, 25 Februari 2017

NAFSU AGRESI DAN ADAPTASI DENGAN LINGKUNGAN KERAS

Agresi tidak sama dengan ketegasan. Agresi adalah fenomena kompleks yang terdiri dari sejumlah perilaku dari jenis yang lebih khusus. Peneliti telah berteori bahwa agresi dan kemampuan membunuh adalah hasil dari evolusi kita di masa lalu.



1.    Landasan Teori
Dalam Psikologi Sosial pengertian Agresi merupakan tindakan melukai dan menyakiti orang dengan sengaja, baik itu secara verbal maupun fisik. agresi merujuk pada perilaku yang dimaksudkan untuk membuat objeknya mengalami bahaya atau kesakitan. Pengrusakan barang dan perilaku destruktif lainnya juga termasuk dalam definisi agresi. Agresi tidak sama dengan ketegasan. Agresi adalah fenomena kompleks yang terdiri dari sejumlah perilaku dari jenis yang lebih khusus.
Seperti kebanyakan perilaku lainnya, agresi dapat dilihat sebagai kemampuan yang bisa membantu binatang untuk selamat dan bereproduksi. Binatang menggunakan agresi untuk memperluas dan mempertahankan teritorial, termasuk berbagai sumber kehidupan lainnya seperti makanan, air, dan pasangan hidup. Peneliti telah berteori bahwa agresi dan kemampuan membunuh adalah hasil dari evolusi kita di masa lalu. Walaupun manusia mirip dengan binatang dalam beberapa aspek dari agresi, tapi ada perbedaan dalam kompleksitas dari agresinya akibat faktor kebudayaan, moral, dan situasi sosial. Sejumlah penelitian telah dilakukan dalam bidang ini. Alkohol, obat-obatan, rasa sakit dan ketidaknyamanan, frustasi, dan umpatan dalam media massa hanyalah sebagian faktor yang berpengaruh terhadap agresi pada manusia.


2.    Jenis-jenis Agresi
Jenis-jenis agresi ada beberapa macam. Menurut Myers (dalam Sarwono, 2002) membagi agresi dalam dua jenis, yaitu agresi rasa benci atau agresi marah (hostile aggression) dan agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain (instrumental aggression). Agresi rasa benci atau agresi marah (hostile aggression) adalah ungkapan kemarahan dan ditandai dengan emosi yang tinggi dimana perilaku agresi ini adalah tujuan agresi itu sendiri. Akibat dari agresi ini tidak dipikirkan oleh pelaku dan pelaku memang tidak peduli jika akibat perbuatannya lebih banyak menimbulkan kerugian daripada manfaat.
Agresi instrumental (instrumental aggression) pada umumnya tidak disertai emosi, bahkan antara pelaku dan korban kadang-kadang tidak ada hubungan pribadi. Agresi disini hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan lain, misalnya: seorang preman yang memukuli pemilik toko untuk memungut uang paksa bagi organisasinya.
Menurut Atkinson (1999) ada beberapa jenis perilaku agresi yaitu:
  1. Agresi instrumental, yaitu: agresi yang ditujukan untuk membuat penderitaan kepada korbannya dengan menggunakan alat-alat baik benda ataupun orang atau ide yang dapat menjadi alat untuk mewujudkan rasa agresinya, misalnya: orang melakukan penyerangan atau melukai orang lain dengan menggunakan suatu benda atau alat untuk melukai lawannya.
  2. Agresi verbal, yaitu: agresi yang dilakukan terhadap sumber agresi secara verbal. Agresi verbal ini dapat berupa kata-kata kotor atau kata-kata yang dianggap mampu menyakiti atau menyakitkan, melukai, menyinggung perasaan atau membuat orang lain menderita.
  3. Agresi fisik, yaitu: agresi yang dilakukan dengan fisik sebagai pelampiasan marah oleh individu yang mengalami agresi tersebut, misalnya: agresi yang pada perkelahian, respon menyerang muncul terhadap stimulus yang luas baik berupa objek hidup maupun objek yang mati.
  4. Agresi emosional, yaitu: agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan marah dan agresi ini sering dialami orang yang tidak memiliki kemampuan untuk melakukan agresi secara terbuka, misalnya: karena keterbatasan kemampuan, kelemahan dan ketidakberdayaan. Agresi ini dibangkitkan oleh perasaan tersinggung atau kemarahan, tetapi agresi ini hanya sebagai keinginan-keinginan (bersifat terpendam), misalnya: individu akan merasa terluka jika individu lain tidak menghargai dirinya secara langsung, seperti orang yang memegang kepala orang lain, orang yang dipegang kepalanya akan merasa tersinggung.
  5. Agresi konseptual, yaitu: agresi yang juga bersifat penyaluran agresi yang disebabkan oleh ketidakberdayaan untuk melawan baik verbal maupun fisik. Individu yang marah menyalurkan agresinya secara konsep atau saran-saran yang membuat orang lain menjadi ikut menyalurkan agresi, misalnya: bentuk hasutan, ide-ide yang menyesatkan atau isu-isu yang membuat orang lain menjadi marah, terpukul, kecewa ataupun menderita.

3.    Proses Agresi
Agresi merupakan permasalahan yang akan terus menerus ada selama manusia masih menghuni dunia ini. Kejadian-kejadian yang menyakitkan dan membuat hati kita iba, tak pelak pula disumbangkan oleh agresi yang paling sering kita sebut dengan kekerasan. Sebagai contoh yaitu tindakan seorang anak yang menyerang temannya sampai mengalami patah tulang lengan karena anak tersebut menonton acara-acara TV yang berbau agresi, seperti smackdown dan film silat-silatan.
Perkembangan perilaku agresif mengikuti perkembangan fisik, sosial, psikologis dan perkembangan lainnya. Agresif berkaitan dengan trauma pada masa anak pada saat merasa lapar, kedinginan, basah, atau merasa tidak nyaman. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi terus menerus, maka ia akan menampakkan reaksi berupa menangis, kejang, atau kontraksi otot, perubahan ekspresi warna kulit, bahkan mencoba menahan napasnya (Yosep, 2007).
Setelah anak berkembang dewasa ia menampakkan reaksi yang lebih keras pada saat kebutuhan-kebutuhannya tidak terpenuhi. Seperti tempertantrum, melempar, menjerit, menahan napas, mencakar, merusak atau bersikap agresif pada bonekanya. Bila reward and punishment tidak dilakukan maka ia cenderung menganggap perbuatan tersebut benar (Yosep, 2007).
Bila kontrol lingkungan seputar anak tidak berfungsi, maka reaksi agresif tersebut bertambah kuat sampai dewasa. Sehingga apabila ia merasa benci atau frustasi dalam mencapai tujuannya ia akan bertindak agresif. Hal ini akan bertambah apabila ia merasa kehilangan orang-orang yang dicintai dan orang yang berarti.
Tetapi pelan-pelan ia akan belajar mengontrol dirinya dengan norma dan etika dari dalam dirinya yang dia adopsi dari pendidikan dan lingkungan sekitarnya, ia akan belajar mana yang baik dan mana yang tidak baik. Sehingga pola asuh dan orang-orang terdekat sekitar lingkungan akan sangat berarti (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panik). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi yang lain (Yosep, 2007).

Tidak ada komentar: