Sabtu, 22 Maret 2014

Motivasi Kerja

Dalam beberapa kasus sering didapati banyak manusia yang melakukan pekerjaan dengan gigih dan banyak pula yang santai, bahkan tidak sedikit yang tidak berbuat apapun. Dalam sebuah studi menyebutkan bahwa dalam industry organisasi tidak hanya cukup pada reward and punishment saja. Melainkan Studi Hawthorne membuka jalan bagi para peneliti untuk menyadari bahwa sistem imbalan dan hukuman yang dibuat oleh organisasi mempengaruhi hubungan antara pekerja, norma-norma organisasi, dan persepsi individu dari mana mereka masuk ke dalam sebuah wadah organisasi yang melibatkan semua elemen kunci di tempat kerja. Seperti yang disebutkan Edgar Schien dalam buku klasik catatannya, psikologi organisasi "terkait erat dengan pengakuan bahwa organisasi adalah sistem sosial yang kompleks, dan bahwa hampir semua pertanyaan yang dapat meningkatkan faktor-faktor penentu perilaku individu dalam organisasi harus dilihat dari perspektif seluruh sistem social” dengan kata lain, sebagai psikolog organisasi, kita tidak bisa mempelajari perilaku kerja individu tanpa mempertimbangkan seluruh konteks kinerja dan kehidupan.

Selasa, 18 Maret 2014

Sejarah Alat Tes Psikologi



Kenyataannya bahwa setiap orang memiliki kemampuan kognitif yang berbeda-beda, keterampilan persepsi motorik dan kepribadian. Perbedaan ini dapat di evaluasi dengan beberapa cara. Bahkan sejak dulu, system ujian telah digunakan oleh bangsa china sebagai alat untuk menentukan pejabat pemerintahan yang layak melaksanakan tugasnya.  Tes yang dilakukan oleh kerajaan china ini dilakukan setiap 3 tahun untuk mengetahui kecakapan mereka dalam musik, memanah, berkuda, menulis, aritmatika dan lain sebagainya. Kesemua tes itu mereka lakukan dengan lisan dan bagaimana mereka menunjukkannya secara praktek. Kemudian terus berkembang dengan menambah keterampilan lain seperti dalam bidang ritual upacara, hukum sipil dan militer. Selama abad ke-19 pemerintah Inggris, Prancis, dan Jerman mengikuti contoh ujian ini.
Tumbuhnya minat pada studi perbedaan individu selama paruh terakhir abad ke-19 terdorong oleh tulisan naturalis Charles Darwin mengenai asal mula spesies dan bangkitnya psikologi ilmiah. Para peneliti lain juga telah menyatakan bahwa gejala psikologi dapat dideskripsikan dalam istilah kuantitatif dan rasional. Banyak psikolog di Eropa dan Amerika memainkan peran penting pada tahap peloporan pengukuran mental. Francis Galton J, keponakan Charles Darwin tertarik pada investigasi genius dan pengukuran kemampuan manusia. Untuk tujuan itu, Galton mengembangkan sejumlah tes dan prosedur lain untuk mengukur perbedaan individu dalam kemampuan dan tempramen. Bagaimanapun juga tetaplah Alfred Binet sebagai psikolog yang menyusun tes mental pertama dan member kontribusi signifikan untuk memprediksi pencapaian skolastik. Dalam perkembangannya tes psikologi mengalami peningkatan. Ini dicirikan oleh pengembangan tes-tes melalui pendekatan-pendekatan yang baru. Selain juga revisi terhadap tes dan penelitian lanjutan terhadap tes-tes yang sudah ada.

Sabtu, 15 Maret 2014

Mental Sehat, Hidup Nikmat

Menjaga lebih baik daripada mengobati. Ungkapan ini enak didengar dan amat sulit untuk dilakukan. Mengucapkan kata atau kalimat adalah sesuatu yang mudah, dan penyesalan merupakan hal yang tak perlu dialami. Oleh karena itu sudah sepatutnya kita menjaga dan mengamati proses diri dalam penyesuaian yang sangat dibutuhkan untuk mencapai tingkat keseimbangan kesehatan mental. Dari permasalahan yang begitu kompleks dihadapi manusia belakangan ini, kesehatan mental diperlukan untuk modal pertahanan dalam mengarungi hidup. Mental yang sehat sangat berguna untuk mencapai suatu hidup yang tenang dan menyenangkan. Disamping kesehatan fisik yang wajib kita miliki, kesehatan mental dibutuhkan saat-saat manusia goncang dan resah dalam menentukan status diri dan identitas kemanusiaannya.
Sebenarnya apa definisi sendiri bagi kesehatan mental ? sebelum kita masuk dalam pembahasan yang lebih jauh. Mari kita lihat satu persatu pengertian dua kata tersebut. Dalam kamus Wikipedia.com kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis. Dengan kata lain kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna.  Sedangkan pengertian harfiah dari mental itu sendiri ialah jiwa. Yang berarti fikiran dan hati yang juga merupakan ruang lingkup dari kejiwaan. Setelah kita mengetahui definisi dari masing-masing kalimatnya mari kita lihat pengertian Kesehatan Mental menurut Prof. Dr. Zakiyah Darajat yang beliau tulis dalam bukunya yang berjudul sama. Beliau menuliskan bahwa Kesehatan Mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (Neuroses) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (Psychoses). Menurut definisi ini gangguan jiwa dapat dikatakan hinggap pada setiap manusia seperti rasa cemas yang tak diketahui penyebabnya secara jelas, malas, lesu dan tidak ada gairah untuk melakukan suatu pekerjaan. Tingkat yang lebih tinggi dari gangguan jiwa ini ialah Anxiety, Neurasthenia, Hysteria, dan lain sebgainya. Sedangkan sakit jiwa ialah orang yang memiliki pandangan berbeda dari kebanyakan orang, biasa disebut juga dengan istilah miring atau Gila.
Bila ditilik lebih jauh lagi mengenai definisi kesehatan mental, tidak cukup hanya kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri saja seperti yang disebutkan diatas tadi. Melainkan juga pengetahuan dan perbuatan seseorang yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi , bakat dan pembawaan yang ada dengan semaksimal mungkin. Sehingga membawa kepada kebahagiaan diri serta terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang biasa terjadi.
Seperti pepatah kata yang penulis cantumkan di awal paragraf, pencegahan lebih baik daripada mengobati adalah satu kata yang tepat. Karena sebelum mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan lebih baik mencegah agar tidak terjadi keabnormalan emosi dan tindakan yang menyebabkan ketidak tenangan hidup atau kebahagiaan batin. Diantara cara-cara preventive yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
Tidak mendekati atau menjauhi perbuatan zina. Karena menghindar dan menjauh dari perbuatan yang akan menjadikan diri kita celaka merupakan suatu pencegahan.
Mengalihkan setiap keinginan tidak baik yang muncul dalam diri kita kepada kegiatan yang lebih bermanfaat.
Melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan dan tidak memaksakan diri jika tidak sanggup melakukannya.
Jauhkan pikiran kita dari sesuatu yang tidak masuk akal. Karena tekanan pikiran akan menjadikan mental tidak seimbang.
Oleh karena itu sudah sepatutnya kita menjaga kesehatan jasmaniah dan ruhaniah untuk mendapatkan hidup yang nyaman, nikmat serta bahagia.

*Makalah ini dikumpulkan sebagai tugas individu pada mata kuliah KESMEN, dosen pengampu Dr. Risatianti Kolopaking, SPKj.

Rabu, 05 Maret 2014

Sajak Cinta-4

Aku mencintaimu dengan sedikit rindu
Asa yang meniadakanku dalam kemelut candu
Menggulung temaram dihembus sepoi angin kelabu
Bumiku panas menggigil demam termakan waktu
Terenyak inilah kenangan pemutung yang lalu kau biduk

Gemerlap yang juga menyelimutimu dalam balut rindu
Menyulam rindu dipelupuk mata gemintangmu
Disitulah mungkin hatiku pernah tergores sembilu
Yang membunuh perlahan rinduku

Perempuan di hujung malam

Minggu, 02 Maret 2014

Titik Terendah

Setiap orang akan sampai pada titik dimana ia harus membawa perubahan dalam hidupnya, tapi disetiap titik ini kita harus menyikapinya dengan jeli..
Jangan sampai perubahan itu yang membawa kita kembali ketitik NOL, kembali pada waktu dimana kita belum mampu bangkit, kembali pada masa kita belum menjadi apa-apa dan belum dipandang sebagai "Siapa"..
Jeli melihat perubahan yang membawa potensi baik bagi kita, orang-orang disekeliling kita, juga orang yang pernah bersinggungan dengan kita..
Perubahan itu bukan ke-rugi-an, melainkan untung yang akan sllu kita raup dihari depan nanti..

_keep move_

Inilah Rindu

Seseorang pernah berkata padaku
Jika rindu itu masih bisa kau ucapkan
Artinya kau hanya merindukannya dimulut saja
Terlebih, rindu yang hakiki ialah
Saat kau rindu kepadanya
Dirimu hanya sanggup berdoa
Kepada Sang Maha Kholik
Untuk menyampaikan rindumu padanya

Dan saat rona muda itu menyapaku
Hanya sanggup ku mengadu dalam simpuhku
Kepada Sang Maha Memiliki
Yang Ia memiliki dirimu lebih dari siapapun
Semoga Cinta dan Kasih-Nya selalu terlimpah
Kepada sosok yang aku rindukan

My Only

The Randovous

Yang membuat ini indah

"Dokter mengobati dengan obat,
Psikolog mengobati dengan nasehat"

-02Maret2014-

Sebait Cinta

Sejak mentari bersinar
Berkicau burung dengan riang
Semilir angin pun riang
Menyambut senyuman

Sejak bisa menuliskan sajak
Penaku kerap menorehkan nama
Yang aku sendiri tak pernah tau
Akupun tak pernah mengenalnya
Ia datang membawa setitik merah
Mewarnai pucuk hatiku yang basah

Hingga perlahan rona itu menyebar
Menjalar dalam rusukku
Seketika ia menjelma cinta
Nama yang titiknya pernah kau bawa
Selasar yang ronanya memberiku arti

Hati yang kau penuhi tawa didalamnya
Hati yang kau penuhi rasa didalamnya
Hati yang kau belai tangis didalamnya
Hati yang kau singgahi dengan hayati

My ONLY

Sabtu, 01 Maret 2014

Setitik Merah Muda

Paru-paru bisa menampung 6.000 milikubik udara, 
tapi hatiku cuma bisa menampung 1 nama yaitu kamu.. 


 

Sweet Buddy :)

I love this momment, when I met my oldfriend and we're hangouts together. We're go to get a new mood. Exactly, really miss this is it!!

Sajak Hujan

Ingin kutuliskan selarik bait untukmu
Serangkum harum mawar yang kukumpulkan
Setangkup rindu yang kubendung
Dalam bejana penuh
Ingin kuukir seuntai doa dalam malam hajatku
bersujud memanjat doa yang panjang
Hingga memadu pada lirik Ilahi
Yang dihembuskan oleh nafas ruh yang suci
Ingin kurajut sepenggal kasih
Yang ku titipkan pada bunga mimpi
Keindahan yang kau temui dalam lelapmu,

Teruntuk lelaki hujanku.

Kucing Mocheko KW2

Hampir berbulan-bulan saya jarang posting something diblog. Dengan tugas kuliah yang bertubi-tubi rasanya jemari saya enggan kembali berfikir utk meramu ide dan menuangkannya disini. Sebenarnya dua bulan ini adlh waktu libur, tapi entah mengapa gangguan hati yang datang menguapkan beribu cerita yang semula terangkum dalam benak.
Yak, betul. Ujian terberat seorang penulis ialah "Memulai". Mari kita lihat apakah saya bisa menyelesaikan postingan kali ini dengan baik.
Kemarin malam, sepulang Kajian Halaqah saya didatangi seekor kucing kecil yang lucu. Bulunya berwarna golden red. Cantik dn mungil. Sayang ia tak terawat. Saat kugendong ia terasa lengket mungkin karena jarang mandi. Malangnya nasib si kucing, ia tak bisa masuk kerumah saya. Karena dirumah, ayah dn dua adik saya termasuk org yang alergi kucing. Bulunya yg suka berterbangan mmbuat mereka bersin2.
Sepanjang obrolan saya dengan kawan2 halaqah, kucing ini terus bermain disekitaran. Suara eongannya seolah menggoda saya untuk mengajaknya bermain.

Naahhh kan, saya selalu stuck saat di ending. Bagaimna akan mengakhirinya yaa. Semoga kucing itu bertahan hidup diluar dengan cuaca yg dingin ini.

Salam miaw miaw

Anjuran berbakti pada Kedua Orang Tua

Sudah begitu banyak artikel yg mengulas masalah ini. Dan tulisan kami disini hanya untuk memperkuat beberapa tulisan yang sudah ada.
Dalam perkembangan jiwa atau kepribadian seseorang dari mulai bayi hingga remaja hendaknya tidak hanya berkembang secara baik dalam arti fisik, tetapi juga secara kejiwaannya (psikologik). Yang dalam kajian ini diutamakan orangtua sebagai pemenuh kebutuhan kejiwaan bagi anaknya. Dalam pertumbuhannya seorang anak memerlukan dua jenis makanan. Yaitu makanan bergizi untuk pertumbuhan otak dan fisiknya, serta makanan dalam bentuk "gizi mental". Dan dalam bentuk yang kedua ini dapat diberikan berupa kasih sayang, perhatian, pendidikan dan pembinaan yang bersifat kejiwaan atau non fisik, yang dapat diberikan oleh kedua orangtua dalam kehidupan sehari-harinya.

Dari penjelasan diatas dapat kita lanjutkan penjelasannya bahwa Ayah dan Ibu adalah dua orang yang sangat berjasa dalam perkembangan seorang anak. Lewat keduanyalah anak-anak terlahir didunia ini. Didalam salah satu ayat al-qur'an dijelaskan sikap seorang anak terhadap orangtuanya. "Dan rendahlanlah dirimu terhadap kedua orangtua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah "Wahai Rabbku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka telah mendidik aku sewaktu kecil"" (Q.S. Al-Isra' : 24). Sehinga apabila anak itu telah dewasa ia akan berdoa "Wahai Rabbku, berilah aku petunjuk agar dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan agar aku dapat berbuat kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh aku bertobat kepada-Mu dan sungguh aku termasuk orang muslim" (Q.S. Al-Ahqaf : 15)

Dalam refernsi yang lain, kita dianjurkan untuk bertalwa kepada-Nya, serta melaksanakan hak dan kewajiban-Nya. Dan ketahuilah, hak manusia yang paling besar atas diri kalian ialah hak kedua orang tua dan karib kerabat. Allah menyebutkan hak tersebut berada pada tingkatan setelah hak-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وا عبدوا الله ولأ تشر كوا به شيئا وبااولدين احسنا

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa ... " [an-Nisâ'/4:36].

Begitu pula Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman dalam surat Luqmân/31 ayat 14:
وو صينا الأنسن بو لد يه
"(Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya, ...)"

Selanjutnya Allah menyebutkan alasan perintah ini, yaitu:
حملته أمه وهنا على وهن
"(ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah)".

Yakni keadaan lemah dan berat ketika mengandung, melahirkan, mengasuh dan menyusuinya sebelum kemudian menyapihnya.
Kemudian Allah berfirman:

وفصله فى عا مين أن اشكر لى ولو لد يك الى المصير

"(dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Kulah kembalimu)".
Nabi telah menjadikan bakti kepada orang tua lebih diutamakan daripada berjihad di jalan Allah. Disebutkan dalam shahîhaian dari 'Abdullâh bin Mas'ûd, ia berkata:

سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

"Aku bertanya kepada Nabi; "Amalan apakah yang paling utama?" Beliau menjawab,"Shalat pada waktunya." Aku bertanya lagi: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab,"Berbakti kepada kedua orang tua." Aku bertanya lagi: "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab,"Berjihad di jalan Allah."

Dikisahkan dalam kitab Shahîh Muslim, bahwa ada seseorang datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam seraya berkata: "Aku berbaiat kepadamu untuk berhijrah dan berjihad di jalan Allah. Aku mengharap pahala dari Allah." Beliau bertanya,"Apakah salah satu dari kedua orang tuamu masih hidup?" Ia menjawab,"Ya, bahkan keduanya masih hidup," beliau bersabda,"Engkau mencari pahala dari Allah?" Ia menjawab,"Ya." beliau bersabda,"Pulanglah kepada kedua orang tuamu, kemudian perbaikilah pergaulanmu dengan mereka."
Disebutkan dalam sebuah hadits dengan sanad jayyid (bagus), ada seseorang berkata kepada Nabi : "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku ingin berjihad namun aku tidak mampu melakukannya". Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya: "Apakah salah satu dari kedua orang tuamu masih ada?" Ia menjawab,"Ya, ibuku," beliau bersabda: "Temuilah Allah dalam keadaan berbakti kepada kedua orang tuamu. Apabila engkau melakukannya, maka berarti engkau telah berhaji, berumrah dan berjihad".

Allah Subhanhu wa Ta'ala juga telah berwasiat supaya berbuat baik kepada kedua orang tua di dunia walaupun keduanya kafir. Akan tetapi, apabila keduanya menyuruh untuk berbuat kufur maka sang anak tidak boleh menaati perintah kufur ini. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".[Luqmân/31:15].

Disebutkan dalam kitab shahîhain, dari Asmâ' binti Abu Bakar Radhiyallahu 'anha, ia menceritakan ketika ibunya datang menyambung silaturrahmi dengannya padahal si ibu masih dalam keadaan musyrik.
Asmâ' Radhiyallahu 'anha bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :

يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدِمَتْ عَلَيَّ أُمِّي وَهِيَ رَاغِبَةٌ أَفَأَصِلُ أُمِّي قَالَ نَعَمْ صِلِي أُمَّكِ

"Wahai Rasulullah, ibuku datang kepadaku ingin (menyambung hubungan dengan putrinya, Asmâ'), apakah aku boleh menyambung hubungan kembali dengan ibuku". Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,"Ya, sambunglah."

Cara berbakti kepada kedua orang tua, ialah dengan mencurahkan kebaikan, baik dengan perkataan, perbuatan, ataupun harta.
Berbuat baik dengan perkataan, yaitu kita bertutur kata kepada keduanya dengan lemah lembut, menggunakan kata-kata yang baik dan menunjukan kelembutan serta penghormatan.

Berbuat baik dengan perbuatan, yaitu melayani keduanya dengan tenaga yang mampu kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, membantu dan mempermudah urusan-urusan keduanya. Tentu, tanpa membahayakan agama ataupun dunia kita. Allah Mahamengetahui segala hal yang sekiranya membahayakan. Sehingga kita jangan berpura-pura mengatakan sesuatu itu berbahaya bagi diri kita padahal tidak, sehingga kitapun berbuat durhaka kepada keduanya dalam hal itu.

Berbuat baik dengan harta, yaitu dengan memberikan setiap yang kita miliki untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh keduanya, berbuat baik, berlapang dada dan tidak mengungkit-ungkit pemberian sehingga menyakiti perasaan ibu bapak.
Dan ketahuilah, para jama'ah Jum'at rahimakumullah.

Berbakti kepada kedua orang tua tidak hanya dilakukan tatkala keduanya masih hidup. Namun tetap dilakukan manakala keduanya telah meninggal dunia. Ada sebuah kisah, yaitu seseorang dari Bani Salamah mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ia bertanya:

يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ نَعَمْ الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا

"Wahai Rasulullah, apakah masih ada cara berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya meninggal?" Beliau menjawab,"Ya, dengan mendoakannya, memintakan ampun untuknya, melaksanakan janjinya (wasiat), menyambung silaturahmi yang tidak bisa disambung kecuali melalui jalan mereka berdua, dan memuliakan teman-temannya". [HR Abu Dawud].

Allâhu Akbar! Demikianlah jama'ah Jum'at, betapa luas cakupan berbakti kepada kedua orang tua, bahkan termasuk di dalamnya keharusan memuliakan dan menyambung silaturahmi kepada teman kerabat.

Disebutkan dalam kitab Shahîh Muslim, dari 'Abdullâh bin 'Umar bin Khatthâb Radhiyallahu 'anhu :

"Suatu hari beliau Radhiyallahu 'anhu berjalan di kota Makkah dengan mengendarai keledai yang biasa beliau Radhiyallahu 'anhu gunakan bersantai jika bosan mengendarai unta. Lalu di dekat beliau lewatlah seorang Arab Badui. Lantas 'Abdullah bin 'Umar pun bertanya kepadanya:"Benarkah engkau Fulan bin Fulan?" Ia menjawab,"Ya," kemudian 'Abdullah bin 'Umar memberikan keledainya kepada orang itu sambil berkata,"Naikilah keledai ini." Beliau juga memberikan sorban yang mengikat di kepalanya seraya berkata,"Ikatlah kepalamu dengan sorban ini," maka sebagian sahabatnya berkata,"Semoga Allah mengampunimu. Mengapa engkau memberikan keledai kendaraan santaimu dan sorban ikat kepalamu kepada orang itu?" Maka 'Ibnu 'Umar menjawab: "Orang ini, dahulu adalah teman 'Umar (bapakku), dan aku pernah mendengar Rasulullah berkata,'Sesungguhnya bakti yang terbaik, ialah tetap menyambung hubungan keluarga ayahnya".

Pada khutbah pertama, telah kami sampaikan penjelasan mengenai kedudukan berbakti kepada orang tua dan keagungan martabatnya. Adapun balasan berbakti ini ialah pahala yang besar saat di dunia maupun akhirat. Barang siapa yang berbakti kepada orangtuanya, maka kelak anak-anaknya juga akan berbakti kepadanya, serta memberikan jalan keluar dari kesusahannya.
Dalam kitab Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim, dari hadits Ibnu 'Umar Radhiyallahu 'anhu disebutkan tentang kisah tiga orang yang ingin bermalam di gua, lalu merekapun masuk ke dalamnya. Begitu sampai di dalam gua, tiba-tiba sebongkah batu besar jatuh dan menutup mulut gua tersebut.

Merekapun kemudian bertawasul kepada Allah dengan amal-amal shalih yang pernah dikerjakan supaya mereka bisa keluar. Salah seorang dari mereka berkata:

Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai bapak dan ibu yang sudah sangat tua. Aku tidak pernah memberikan susu kepada keluarga maupun budakku sebelum mereka berdua.

Suatu hari, aku pergi jauh untuk mencari pohon dan belum kembali kepada mereka hingga mereka pun tertidur. Akupun memerah susu untuk mereka. Setelah selesai, ternyata aku mendapatkan mereka berdua telah tertidur. Aku tidak ingin membangunkannya dan tidak memberikan susu kepada keluarga maupun untukku sendiri. Aku terus menunggu mereka sambil membawa mangkuk susu di tanganku hingga terbit fajar. Mereka pun bangun dan meminum susu perahanku.

Ya Allah, sekiranya aku melakukan itu semua karena-Mu, maka bukakanlah batu yang telah menutupi kami ini.
Maka batu itupun bergeser sedikit. Kemudian demikian pula yang lainnya berdoa, bertawasul dengan amalan shalih yang pernah mereka kerjakan. Akhirnya, batu itupun bergeser sehingga gua terbuka dan mereka dapat keluar, kemudian kembali melanjutkan perjalanan.
Ketahuilah, berbakti kepada orang tua juga akan mendatangkan keluasan rizki, panjang umur dan khusnul khatimah.

Diriwayatkan dari Sahabat 'Ali bin Abi Thâlib bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang senang apabila dipanjangkan umurnya, diluaskan rizkinya dan dihindarkan dari sû'ul khatimah, maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah dan menyambung silaturahmi." Dan sesungguhnya, berbakti kepada orang tua merupakan wujud silaturahmi yang paling mulia, karena orang tua memiliki hubungan kekerabatan yang paling dekat dengan kita.

Seorang mukmin yang berakal, sungguh sangat tidak pantas berbuat durhaka dan memutuskan hubungan dengan kedua orang tua, padahal ia mengetahui keutamaan berbakti kepadanya, dan balasannya yang mulia di dunia maupun di akhirat. Larangan ini sangat besar.

Apabila telah mencapai usia lanjut, kedua orang tua akan mengalami kelemahan badan maupun pikiran. Bahkan keduanya bisa mengalami kondisi yang serba menyusahkan, sehingga menyebabkan seseorang mudah menggertak atau bersikap malas untuk melayaninya. Dalam keadaan demikian, Allah melarang setiap anak membentak, meskipun dengan ungkapan yang paling ringan. Tetapi Allah memerintahkan si anak supaya bertutur kata yang baik, merendahkan diri dalam perkataan maupun perbuatan di hadapan keduanya. Sebagaimana sikap seorang pembantu di hadapan majikannya. Demikian pula, Allah memerintahkan si anak supaya mendoakan keduanya, semoga Allah mengasihi keduanya sebagaimana keduanya telah mengasihi dan merawat si anak tatkala masih kecil.

Sang ibu rela berjaga saat malam hari demi menidurkan anaknya. Iapun rela menahan rasa letih supaya si anak bisa beristirahat dengan cukup. Adapun bapaknya, ia berusaha sekuat tenaga mencari nafkah. Letih pikirannya, letih pula badannya. Semua itu, tidak lain ialah untuk memberi makan dan mencukupi kebutuhan si anak. Sehingga sepantasnya bagi si anak untuk berbakti kepada keduanya sebagai balasan atas kebaikannya.

Dalam kitab shahîhain disebutkan dari Abu Hurairah, bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi: "Wahai Rasulullah, siapakah di antara manusia yang paling berhak aku pergauli dengan baik?" Rasulullah menjawab,"Ibumu." Orang itu bertanya lagi: "Kemudian siapa lagi?" Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Ibumu." Orang itu mengulangi pertanyaannya: "Kemudian siapa lagi?" Nabi pun kembali mengulangi jawabanya: "Ibumu." Iapun kemudian mengulangi pertanyaanya untuk yang ke empat kalinya: "Kemudian siapa?" Rasulullah menjawab: "Bapakmu."

Semoga Allah memberikan taufik-Nya, sehingga memudahkan kita untuk berbakti kepada ibu bapak. Dan semoga Allah memberi karunia kepada kita keikhlasan dalam melaksanakannya. Sesunggunya Dia-lah Dzat yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang.

[Diringkas oleh Ustadz Abu Sauda' Eko Mas'uri, dari ad-Dhiyâ-ul Lâmi', Syaikh Muhammad bin Shâlih al-'Utsaimîn, hlm. 501-504]
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 109/Tahun XI/1428H/2008 (Rubrik Khutbah Jum'at). Dan beberapa referensi lain di internet.

Makalah ini disusun untuk memenuhi nilai tugas pada mata kuliah KODE ETIK PSIKOLOGI
KELOMPOK 1
- Nisaul
- Vini
- Oryza savitri
- Khoirotul Awwaliyah (108070000165)